Surat ini adalah surat cinta untuk antum, insya’Allah karena rasa cinta saya pada antum yang sangat dalam karena Allah. Saudaraku, bacalah surat ini dengan suasana hati antum yang tenang, bacalah dengan menundukkan hati antum, ya...menundukkan hati kita yang selama ini mungkin sudah mengeras, astaghfirullah...semoga Allah ‘Azzawajalla mengampuni kita semua. Saat antum tidak dapat menangis saat membaca isi surat ini, maka menangislah karena antum tidak dapat menangis, mohonlah pada-Nya untuk melembutkan hati kita, sudah sekeras itukah hati kita sehingga sulit untuk menangis? Saudaraku, sudah sekitar 3 bulan kita berjuang bersama, ingatkah antum saat awal pembentukan kepanitiaan ini, saat itu kita semangat sekali ya? Subhanallah...tercermin begitu jelas keoptimisan pada mata antum semua, betapa kita ingin mengajak adik2 kita nanti ke dalam indahnya Islam. Hari demi hari kita lewati, agenda2 rapat kita pun semakin padat, bahkan kita sendiri pun seperti bukan milik kita lagi, karena jadwal2 keseharian kita sudah dipenuhi dengan agenda2 rapat dan agenda da’wah yang lain. Bahkan kita pun merelakan liburan kita untuk mengurusi PMB ini, betapa antum tergopoh-gopoh menuju Kortim, untuk apa? Yah...biasa...agenda rapat. Mungkin antum tidak sempat ngapa2in, kerena pagi2 jam 06.30 antum harus sudah stand by di Salman untuk rapat. Antum korbankan waktu ba’da subuh antum, antum korbankan waktu sarapan antum, dsb. Ingatkah antum, saat pagi2 ba’da sholat subuh antum harus segera melesat ke kamar mandi untuk kemudian berangkat rapat? Untuk apa antum melakukan semua itu? Belum lagi nanti setelah rapat, bukannya penyelesaian masalah yang antum dapat, justru masalah2 semakin bertumpuk. Untuk apa? Apakah antum dibayar? Apakah popularitas antum sebagai aktivis da’wah meningkat? Apakah antum ingin orang2 memuji sepak terjang antum dalam da’wah ini? Memang apa kerugian kita kalau kita tidak mendapat popularitas? Memang apa kerugian kita kalau kita tidak dipuji? Memang apa kerugian kita kalau orang2 tidak tau apa yang kita lakukan? Haruskah orang2 mengetahui kalau kita sibuk, betapa terlihatnya kita sebagai aktivis da’wah? Sama sekali kita tak butu itu, biarlah Allah, Rasul, dan orang2 beriman yang menilai pekerjaan kita. Saudaraku, kita sadar, saat ini cobaan2 sedang mendera kita, masalah dana yang sedikit, koordinasi yang kurang lancar, SDM yang sedikit, dsb. Mungkin kita sering berfikir sendiri, bagaimana caranya agar semua agenda ini berhasil, berfikir...dan terus berfikir....kadang tak ada yang membantu kita, orang tidak tahu akan kepusingan kita...kebingungan kita... Saudaraku, kadang kita terseok.....tertatih....menangis....tak tahu lagi apa yang musti kita lakukan. Antum tahu, sudah sunatullah bahwa tabi’at jalan da’wah ini adalah penuh onak dan duri. Makin lama bukannya makin ringan, tapi makin berat....
dianing purbani
|