Saturday, September 09, 2006
“Mereka Menunggu Kita….”

” Sesungguhnya seorang da’i, dengan semata-mata menerima hidayah Allah dan lalu bergabung dalam barisan da’wah, telah memilih kepenatan dan menceraikan leha-leha, santai, serta main-main” (Muhammad Ahmad Ar-Rasyid).

Sebuah ironi, saat melihat ( baca:anak jalanan), bernyanyi dari pintu ke pintu angkot, tak kenal panas dan hujan. Bukankah seharusnya mereka saat itu duduk tenang dalam kelas atau bermain dengan ceria layaknya anak-anak sebaya mereka. Sementara hampir di seluruh mall besar yang ada di Jakarta dan Bandung tempat parkir yang bertingkat itu masih bisa dipenuhi mobil-mobil mewah. Anehnya lagi barang-barang yang dijual begitu mahalnya, bisa sampai jutaan untuk sebuah tas, food court-nya pun dipenuhi pengunjung, padahal harganya relatif tidak murah. Inikah wajah Indonesia??

Lalu apakah yang ada di fikiran kita bila melihat data berikut?

  • Skor IPA dan Matematika Indonesia (2 SMP) berada pada urutan 34 dan 32 di antara 38 negara ( Hasil studi The Third International Mathematics and Science Study 1999)
  • Lebih dari sejuta pemuda terkena narkoba (Prof.Dadang H, 1998)
  • Indeks Pengembangan Manusia (Human Development Index) yaitu komposisi peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan, dan penghasilan per kepala, di antara 174 negara di dunia, Indonesia menempati urutan ke 112 pada tahun 2002
  • Data yang dilaporkan The World Economic Forum, Swedia (2000), Indonesia memiliki daya saing rendah, yaitu urutan ke 37 dari 57 negara
  • Anggaran pendidikan tahun 2002 hanya 10 triliun, sementara untuk penghapusan hutang 30 triliun
  • Indonesia terpuruk sebagai negeri yang terkorup ke enam di dunia dari 133 negara yang disurvey oleh International Transparency berdasarkan Indeks Persepsi Korupsi ( dengan nilai indeks 1,9) jauh di bawah Malaysia (5,2). Bandingkan dengan negeri yang mayoritas penduduknya non muslim yang relatif bersih seperti Firlandia, Denmark, Singapura, Belanda, yang semuanya dengan indeks di atas 8,8!
  • Berdasarkan penelitian Yayasan Kita dan Buah Hati, 80 persen anak usia 9-12 tahun di kawasan Jabodetabek sudah pernah mengakses materi pornografi melalui internet, dan berdasarkan data BKKBN pada enam kota di Jawa Barat tahun 2002 sebanyak 39,65 persen remaja usia 15-24 tahun sudah pernah berhubungan seks sebelum menikah.
Itulah cermin buruk kondisi negara kita, mungkin tidak hanya itu. Masalah sampah yang tidak ada habisnya (mirisnya lagi gunung sampah itu sempat berada di depan institut terbaik se-Indonesia), pengrusakan hutan, pemukiman kumuh, pro-kontra RUU anti pornografi dan pornoaksi ( bagaimana bisa sebagian kalangan menganggap itu menghalangi kebebasan berekspresi?), koruptor yang tidak terjerat hukum, pelecehan seksual yang bahkan dilakukan oleh anak di bawah umur, berbagai perbuatan kriminal yang selalu terjadi setiap hari (terbukti tayangan kriminal di TV tidak pernah kehabisan berita setiap harinya), konflik antar kampung, gizi buruk, dan sederet masalah lain yang menambah panjang daftar di atas. Pernahkah terfikir apa yang tersisa dari negara ini untuk anak cucu kita nanti?

Selain itu bencana di berbagai daerah (entah apa rahasia Allah di balik itu semua); Aceh yang belum sepenuhnya pulih pasca tsunami, gempa Yogya dan Jawa Tengah, lumpur panas di Surabaya (berdasarkan data di posko pengungsian Pasar Baru Porong, Sidoarjo, hingga 9 Juli tercatat jumlah pengungsi telah melewati 7.500 jiwa, dan sebagian besar terkena penyakit ISPA), tsunami di Pangandaran ( masih Jawa Barat, terhitung dekat dengan kita), dll menuntut kepedulian bangsa ini jika masih mempunyai hati untuk peduli atas nasib saudaranya..

” Barang siapa tidak peduli terhadap urusan kaum muslimin maka ia tidak termasuk golongan mereka” (HR. Ath-Thabrani)

Lalu dimana posisi kita? yang notabene mengakui dirinya sebagai da’i, tentu kita bukan sekedar mencari masalah atau mempermasalahkan keadaan, tapi apa yang dapat kita lakukan saat da’wah dihadapkan pada kenyataan seperti itu? Kenyataan bahwa bangsa kita yang mayoritas umat Islam memiliki segudang masalah..bahkan semakin parah menjelang usia kemerdekaannya yang ke- 61 tahun, bulan Agustus ini

Bila menengok sejarah masa lampau sesungguhnya keterbelakangan dan keterpurukan bukanlah sifat umat Islam. Dahulu, umat ini menempati posisi terdepan di dunia hampir sepanjang sepuluh abad, lalu kini? Al Ghazali mengungkapkan bahwa kemunduran dan keterpurukan umat Islam antara lain disebabkan pemahaman yang salah terhadap Islam, bodohnya kaum muslimin terhadap dunia, dan kerusakan politik. Mungkin inilah yang perlu kita benahi..

”Sesungguhnya pembangunan umat, penempaan bangsa-bangsa, mewujudkan cita-cita, dan membela prinsip, itu semua menuntut adanya kekuatan jiwa yang besar dari umat yang sedang memperjuangkannya, atau paling tidak dari kelompok yang menyerukan hal itu. Kekuatan jiwa itu mewujud dalam bentuk: motivasi yang kuat yang tidak terjangkiti keloyoan; kesetiaan yang tangguh yang tidak dihinggapi kepura-puraan dan pengkhianatan; pengorbanan agung yang tidak terganjal oleh ketamakan dan kekikiran; memahami, meyakini, dan menghormati prinsip yang memeliharanya dari kesalahan, penyimpangan, tawar menawar, dan keterpedayaan” (Hasan Al- Banna).

Sekarang tinggal tentukan mimpi kita akan kebangkitan umat ini, melalui medan yang mana kita akan berjuang?? Karena perjuangan tidak berhenti di kampus, saudaraku. Setelah menjadi Aktivis Da’wah Kampus kita akan menjadi Aktivis Da’wah Kantor, Kampung, Keluarga, dll. Umat menunggu kita. Mereka menunggu amal nyata dari kita, tidak sekedar medan kata-kata. Jangan sampai kita tertinggal oleh pergerakan zionis dan kompetitor-kompetitor yang memusuhi islam.

Jadi dua kata untuk menjawab tantangan da’wah ke depan: KOMPETENSI dan KONTRIBUSI. Di manapun kita berada setelah keluar dari kampus ini, baik sektor publik, privat, maupun third sector (Non Government Organization), mari azzamkan bahwa kita akan tetap berada di jalan ini, jalan yang menghantarkan kita pada kemuliaan, dan melakukan apapun yang bisa kita perjuangkan untuk perbaikan umat ini agar ilmu tidak hanya berakhir pada selembar transkrip nilai, ijazah, atau kebanggaan saat wisuda apalagi berlindung di balik nama besar.

”Jika seandainya ahli ilmu menjaga ilmunya dan mengamalkannya sesuai dengan keahliannya, maka ia akan menguasai orang-orang pada zamannya”( HR. Ibnu Majah).

Sekedar autokritik, Ada di mana kita, sedang apa kita ketika semua bencana terjadi?? Jangan-jangan saat itu kita sedang bersantai, sedang lalai, sibuk dengan diri sendiri, bahkan lupa untuk sekedar mendoakan. Padahal kita adalah Da’i..!!

So..”BERGERAKLAH, WAHAI TULANG-TULANG PERKASA..!!!!” (F3)

posted by cerita dakwah kampus @ Permalink ¤14:50  
0 Comments:
Post a Comment
<< Home
 
 

about me
dakwah bukan hanya amanah dan kesempatan, melainkan juga sebuah anugerah. dan karenanya pula manusia berhak untuk menikmati indahnya...
Udah Lewat
Archives
Rosail

"Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh yang maâ??ruf dan mencegah yang munkar dan beriman kepada Allah ..."
(QS. Ali Imran [3] : 110)

"Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik ..."
(QS. An Nahl [16] : 125)

Links
Beranda

Berbagilah, karena cerita ini akan menjadi hikmah bagi saudara kita. jangan kau simpan itu, dan tidak membuat saudaramu merasakan nikmatnya kisahmu...

cerita.dk@gmail.com
subyek: cerita...


Blog ini makin hidup, jika kita menjalin pertisipasi bersama. Seperti halnya sebuah rumah teduh, dengan kicauan burung di berandanya

Komentar

Kontributor
Ingin Menjadi kontributor? Silahkan kirim mail kesanggupan dengan nama jelas.
Kesan

Free shoutbox @ ShoutMix

Now, online visitor(s)
Pengunjung


Cerita Dakwah Kampus

Feed on
Post-rss
Post-default
Comments-default
Designed-By

Visit Me Klik It
Credite
15n41n1