Thursday, June 15, 2006
Cerita dari Cibubur

"Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka.."

(An-Nisa [4] : 9)

Baru saja sebuah kegiatan keislaman besar di ITB berakhir, yaitu Diklat Mahasiswa Muslim (DMM) 2006. Diklat yang dilaksanakan di Cibubur, 4-11 Juni tempo hari adalah kegiatan diklat terbesar yang diselenggarakan oleh sebuah unit kegiatan mahasiswa. Dengan jumlah panitia 40an dan jumlah peserta, lebih dari 170 mahasiswa! Subhanallah..

Seperti halnya DMM pada tahun-tahun sebelumnya, pemateri-pemateri yang mengisi acara pun tokoh-tokoh yang sudah diakui. Ustadz Abu Deedat, Hilman Rosyad (DPR), Palgunadi, Fahmi Alloydrus, TA Sanny (ICMI), Hermawan KD (Ketua Asososiasi Masjid Kampus), Trainer Trustco dan lainnya. Sayangnya, Hidayat Nur Wahid dan Hatta Radjasa membatalkan hadir sehari sebelumnya karena kesibukan mendadak.

Tapi, bukan semata karena materi wah yang menjadikan DMM menjadi berkesan. Sebuah "komunitas terbayang", yang dibangun selama 7 hari menjadikan semua yang terlibat memiliki kesan-kesan mendalam tersendiri. Belajar berkebiasaan baik, mengisi waktu dengan ibadah, banyak berdzikir, tidur "cukup", bangun akhir malam untuk menegakan sholat dan tentunya, belajar untuk memahami serta melaksanakan ukhuwah islamiyah.

Banyak pihak yang awalnya kurang ngeh dengan islam, dakwah menjadi tercerahkan sesudahnya. Walaupun tidak ada ada yang pernah menjamin, bahwa pasca DMM mereka-mereka masih tetap seperti kala DMM, setidaknya orang yang pernah ikut akan berbeda daripada yang tidak pernah ikut sama sekali. Sebagai bekal awal, kegiatan ini cukup. Selanjutnya bisa menjadi ladang amal dan pembelajaran untuk tetap berada pada jalur kepahaman tersebut.

Betapa Allah sangat tidak menyukai orang yang meninggalkan generasi-generasi lemah sesudahnya. Dan DMM, adalah sebuah wasilah melakukannya. Memang bukan hanya DMM, tapi setiap kegiatan pasti memilki ciri khas. Dan DMM punya keunikan itu.

Beberapa orang lebih dari 1 kali ikut DMM, sebagai peserta di tahun pertama, berikutnya sebagai panitia dan mentor di tahun ketiga. Apa yang membuat mereka melakukannya selain hal-hal diatas? Apa lagi yang lebih indah selain menjadi perantara bagi munculnya orang-orang baru yang menyeru perkataan paling baik? Dan kegiatan "besar" apa lagi selain DMM di kampus ini?

Apalagi bagi orang-orang "tahap akhir", dimana ini adalah tahun penutup dalam kehidupan kampusnya. Dengan karakteristik DMM tersebut, tidak salah menjadi "pengabdian terakhir" sekaligus menikmatinya (baca: nostalgia) sebagai orang-orang akhir. Tidak perlu membuat sebuah kumpul-kumpul sendiri, acara makan-makan atau kangen-kengenan akhir. Di DMM, semua bisa dilakukan. Bahkan lebih bermanfa'at bagi orang-orang lain. Materi yang selalu berbeda kesan setiap mendapatkannya, membangun generasi penerus yang lebih kuat, aktivitas memasak menjadi milik bersama dan semua keindahan ukhuwah bisa terjadi disana.

Pernah mendengar seorang kakak berujar dua tahun lalu, " ini adalah kegiatan terakhir kita di kampus, karena tahun depan bukan masa kita. Maka, nikmatilah setiap momennya. Karena kta tidak akan lagi mendapatnya tahun depan".

Sesak, ketika ternyata tidak banyak dari sahabat dekat-ku yang datang di Cibubur. Sahabat yang masuk kampus bersama, menjalani "proses-proses transformasi" bersama, serta masuk bersama dalam sebuah "forum". Padahal sebuah keyakinan muncul, bahwa kita akan senantiasa rindu menikmati momen-momen itu. Pun banyak pihak yang merindukan juga, betapa kampus memberikan warna terbesar dalam fragmen hidupnya.

Innamal a'malu bin niyat... semua amal bergantung niatnya, semoga sahabat-sahabat ku yang tidak bisa lagi bersama di saat-saat terakhir, bukannya tidak punya waktu karena sangat sibuk dengan dirinya atau karena sudah tidak dibutuhkan lagi disana. Tapi karena memang ada hal yang benar-benar mampu menjadikannya bisa menjadi orang-orang yang lebih baik, dan banyak bermanfa'at bagi manusia lainnya.

Namun seringkali kita tenggelam karena suatu kegiatan. Jikalau kita bekerja, maka bisa jadi pekerjaan kita menghabiskan sangat banyak waktu kita. Apabila kita sedang mengerjakan sebuah project, maka itu yang menguras habis-habisan konsentrasi kita. Padahal, masih banyak yang bisa kita lakukan. Tidak harus hal-hal yang besar. Membaca buku, berbagi (membina atau menulis misalnya), belajar kehidupan, silaturrahim atau menjadi guru ngaji adik-adik serta banyak "aktivitas manusia" lainya. Betapa potensi manusia yang luar biasa, tertutup atas nama kesempatan, resiko atau prioritas.

Akhirnya, kalaupun timbul keheranan, pengharapan tak berbalas, semoga Allah akan menggantikannya di momen lain nantinya. Entah kapan. Hanya do'a terpanjat, semoga diri ini dan sahabat-sahabat bukan termasuk orang yang membuat suatu aktivitas menjadi segala-galanya..., Yaa Robbana...


Trian


posted by cerita dakwah kampus @ Permalink ¤15:03  
0 Comments:
Post a Comment
<< Home
 
 

about me
dakwah bukan hanya amanah dan kesempatan, melainkan juga sebuah anugerah. dan karenanya pula manusia berhak untuk menikmati indahnya...
Udah Lewat
Archives
Rosail

"Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh yang maâ??ruf dan mencegah yang munkar dan beriman kepada Allah ..."
(QS. Ali Imran [3] : 110)

"Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik ..."
(QS. An Nahl [16] : 125)

Links
Beranda

Berbagilah, karena cerita ini akan menjadi hikmah bagi saudara kita. jangan kau simpan itu, dan tidak membuat saudaramu merasakan nikmatnya kisahmu...

cerita.dk@gmail.com
subyek: cerita...


Blog ini makin hidup, jika kita menjalin pertisipasi bersama. Seperti halnya sebuah rumah teduh, dengan kicauan burung di berandanya

Komentar

Kontributor
Ingin Menjadi kontributor? Silahkan kirim mail kesanggupan dengan nama jelas.
Kesan

Free shoutbox @ ShoutMix

Now, online visitor(s)
Pengunjung


Cerita Dakwah Kampus

Feed on
Post-rss
Post-default
Comments-default
Designed-By

Visit Me Klik It
Credite
15n41n1