Tuesday, May 02, 2006 |
Berbuatlah, Agar Mimpi Menjadi Realita |
Pada suatu hari, sekumpulan orang terlihat sedang membahas sesuatu di dalam ruangan laboratorium. Mata mereka memancarkan semangat, bercahaya dan penuh dengan cita. Suara mereka riuh-rendah tapi terkadang terdengar senda gurau yang mewarnai perbincangan diantara mereka. Mereka tidak sendiri, ada kelompok lain yang melakukan diskusi di tempat lain. Kali ini di kantin kampus. Apa yang dilakukan orang di kantin kampus ? Selain makan tentunya ... Seperti yang dilakukan kelompok sebelumnya, kelompok ini pun berdiskusi dengan semangat. Lagi-lagi mata mereka memancarkan sesuatu. Terakhir, sekelompok orang berada di pinggir sebuah masjid, masih dengan diskusi yang sama-sama membuat mata mereka memancarkan cahaya. Cahaya apakah yang terpancar dari tiga kelompok diatas ? Kayak pertanyaan guru IPA aja ... Pernahkah kita melihat mata orang yang sedang bersemangat ? Mata mereka mamancarkan cahaya, cahaya yang disebut sebagai semangat, harapan, cita, dll.
Terus ... apa yang istimewa dari cahaya dan semangat ? Sebentar ... ceritanya kan belum “the end”. Tahukah kalian apa saja isi pembicaraan mereka ? Walaupun berbeda dalam konteks penerapannya, tema pembicaraan mereka hanya satu, “ISLAM”. Ilmu, teknologi, seni, syiar, dakwah, kaderisasi, siyasi, muamalah, ibadah, hukum, masyarakat, dll. Terus ... apa perbedaannya dengan kita ? Kita juga melakukan hal sama. Yakin ? Uniknya, temanya tidak bisa dikelompokkan seperti biasa, karena pembicaraan diantara tiga kelompok tersebut TIDAK PARSIAL. Ketika kita berusaha untuk menyimak pembicaraan mereka maka ketiganya saling berhubungan, membentuk sebuah bangunan. Bangunan yang dahulu hanya berupa CITA dan IDEALITA. Kini, mereka membangun sebuah REALITA. Masih merasa kita sama dengan mereka ?
Teman, tidakkah terbayang di mata kalian bahwa suatu saat nanti Islam akan mewarnai kehidupan kampus ITB, bangsa Indonesia, atau bahkan dunia. Zaman yang kemudian membuat lidah manusia hanya mengucapkan kalimat yang baik, menampakkan wajah yang bahagia, dan tidak berbuat sesuatu kecuali yang diperintahkan oleh ALLAH. “Mimpi ... itu semua mimpi ...”. Teman, tidakkah terbayang oleh kalian surga ? Bahwa kalian akan menjadikan surga sebagai tempat kembali. Bahwa tetangga kalian adalah orang-orang yang beriman. Bahwa keadilan akan ditegakkan. Bahwa semua kebaikan yang kalian lakukan akan dibayar. “Nantilah ... masih lama ...” Temen, tidakkah terbayang oleh kalian neraka ? Bahwa kilatan apinya akan menghabisi tubuh kita ? Bahwa ia ada sebagai “hadiah” bagi orang tidak mengikuti perintahNya ? “Serem amat sih ? Nyantai ... Allah Maha Pengasih ...”
Teman, apa yang akan terjadi ketika Islam tidak lagi ada di kampus ITB ? Teman, bagaimana rupa kampus kita ketika orang-orang merelakan waktu salatnya karena sibuk di laboratorium ? Teman, seperti apakah musola dan masjid ketika tidak ada lagi yang mengisinya, karena setiap orang sibuk dengan diri mereka sendiri. Teman, seperti apakah kita ketika non muslim merajalela di setiap laboratorium ? Bagaimana wajah dunia kelak ? Teman, seperti apa kampus kita ketika orang-orang yang menjadi tangan kanan dosen berada di pihak kita-Islam ? Teman, bagaimana kalau orang-orang beriman yang kompeten itu kemudian terjun ke masyarakat, apa yang akan terjadi dengan Indonesia ? Tidakkah pertanyaan itu mengusik alam bawah sadar kalian hingga cukup kuat menggerakan seonggok daging untuk bergerak, mengubah MIMPI menjadi REALITA.
Kita tidak selamanya berada di persimpangan jalan. Kita ada untuk beribadah kepadaNya. Ibadah yang bukan sekedar melafadzkan kalimatNya dengan lidah kita tapi dengan karya nyata yang mampu menunjukan LOYALITAS kita pada ALLAH. Itu bukan mimpi. Kita tidak harus menunggu ribuan tahun untuk mewujudkannya. Kita bisa melakukannya sekarang, dengan apa yang telah kita miliki sekarang. Apa ? Apa yang bisa kita lakukan ?
Pertama, jadilah orang yang beriman dan memiliki kompetensi. Hal ini tak semudah membalikan telapak tangan, atau tak semudah mulut berkata, atau tak semudah mengedipkan mata, dll. Tapi bukan berarti tidak bisa dilakukan. Jadilah orang yang selalu berusaha untuk dekat dengan Allah. Seorang akhawat pernah berkata, ”Agar kita selalu dekat denganNya maka perhatikan kondisi Amal Yaumian kita”. Minimal 1 juz per hari, minimal 1 kali Al Ma’tsurat per hari , minimal Qiyamul lail, minimal shaum Senin-Kamis, minimal berinfak (walau seada uang di kantong). Jadilah orang yang memiliki kompetensi. Seorang Akhawat lain pun pernah berkata, “Saya ada di kampus ini karena Allah mengizinkannya, karena saya ingin belajar tentang ilmu Allah, menjadi bagian dari barisan orang-orang yang berbuat tidak sekedar berkata.” Kurangi waktu tidur ... jangan berdalih capek hingga kita merelakan waktu belajar kita dengan tidur. Karena Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah rela hingga kita mengikuti mereka.
Kedua, ajaklah orang lain untuk sama-sama beriman dan memiliki kompetensi. Teman, kita bersama dengan orang lain bukan tanpa tujuan. Kita bersama mereka agar kita bisa pulang ke tempat yang sama, surga. Oleh karena itu, ketika adzan memanggil ajaklah teman kita untuk salat. Ketika kita membaca Al Qur’an dan merasakan indahnya kalimat-kalimat Allah, berbagilah dengan saudara kita yang mungkin tidak mengenal huruf AL Qur’an, untuk membacanya bersama, agar bahagia juga miliknya. Ketika kita berusaha untuk mendalami ilmu Allah di perpustakaan, kantin, masjid ... maka ingatlah bahwa ada orang yang juga berhak untuk mengikutinya. Ajaklah saudara kita untuk bersama-sama mendalami ilmu Allah. Agar kelak bisa sama-sama berbuat untuk apa yang sudah diamanahkan kepada kita, karena manusia tidak sempurna.
Ketiga, warnai kampus ini dengan iman dan kompetensi yang kalian miliki. Kalau selama ini Islam selalu terpinggirkan maka sudah saatnya Islam kembali berjaya. Tunjukkan bahwa orang-orang yang berada di belakang sebuah pameran ilmu dan teknologi adalah orang-orang yang juga senantiasa berusaha mendekatkan diri kepada Allah. Bahwa orang-orang yang berjibaku dengan kebangkitan gerakan mahasiswa adalah orang-orang yang menjadi tangan kanan para dosen. Tunjukkan pada dunia ... kita mampu bersaing dengan kampus-kampus dunia ... Harvard, Oxford, MIT, Tokyo University, ... karena mahasiswanya tidak hanya memiliki KOMPETENSI tapi juga memiliki IMAN.
Terakhir, ulangi langkah 1 – 3 setelah keluar dari kampus dengan skala yang berbeda. Karena dakwah tidak berhenti di kampus kan ? Pembicaraan masalah ini bisa disambung lagi nanti. Kembali ke cerita di paragraf pertama dan kedua. Cerita tersebut belum TAMAT karena pelakunya adalah kita. Bahkan mungkin baru saja dimulai. Tapi kita tentunya ingin cerita itu berakhir dengan BAHAGIA. Oleh karena itu, kita akan melakukan kerja nyata mulai saat ini, dari diri sendiri agar ceritanya bisa HAPPY END ... karena kita adalah pemainnya.
Grace Monica
|
posted by cerita dakwah kampus @ Permalink ¤12:49 |
|
|
|
about me |
dakwah bukan hanya amanah dan kesempatan, melainkan juga sebuah anugerah. dan karenanya pula manusia berhak untuk menikmati indahnya... |
Udah Lewat |
|
Archives |
|
Rosail |
"Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh yang maâ??ruf dan mencegah yang munkar dan beriman kepada Allah ..." (QS. Ali Imran [3] : 110)
"Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik ..." (QS. An Nahl [16] : 125) |
Links |
|
Beranda |
Berbagilah, karena cerita ini akan menjadi hikmah bagi saudara kita. jangan kau simpan itu, dan tidak membuat saudaramu merasakan nikmatnya kisahmu...
cerita.dk@gmail.com
subyek: cerita...
Blog ini makin hidup, jika kita menjalin pertisipasi bersama. Seperti halnya sebuah rumah teduh, dengan kicauan burung di berandanya |
Komentar |
|
Kontributor |
Ingin Menjadi kontributor? Silahkan kirim mail kesanggupan dengan nama jelas.
|
Kesan |
| |