Tuesday, February 06, 2007
Pada Ashar Hari Kamis Di Akhir Pekan
Indhibath
Alangkah idealnya apabila kita mampu menempatkan diri secara proporsional untuk bergerak bersama-sama kekuatan jama’ah yang ada. Sehingga melahirkan harmoni perjuangan yang bisa mengoptimalkan semua potensi. Meskipun dalam keberjalanannya sebagai gerakan amal, membangun ritme perjuangan yang konstant tidaklah mudah. Ia akan dibenturkan pada keadaan yang sesungguhnya dimana banyak sekali pilihan-pilihan yang terbuka. Dan semuanya itu bebas untuk ditentukan.


Satu hal yang sangat wajar kita temukan pasang surut semangat berjuang para kader dakwah. Tentunya dalam batas-batas tertentu. Ada kalanya mereka bertumbangan dalam kelemahan yang sangat. Menghindar dari segala bentuk kewajiban dengan alasan yang cukup bisa diterima. Walaupun dalam momentum tertentu militansi mereka nyaris total. Namun kali lain seolah kekuatan itu menjelma hanya menjadi riak kecil keikhlasan saja. Yang akan hilang jika waktunya tiba, lenyap ditelan lautan.

Untuk itu kita perlu menciptakan konsistensi agenda dakwah yang termanifestasikan dalam program-program kerja. Sehingga ada keberlanjutan menjaga nafas panjang dakwah ini. Jangan sampai ketidakmauan dan ketidakmampuan kita dalam mengelola momentum dakwah akan memberikan dampak yang sangat luas bagi keberjalanan dakwah kedepannya.

Mengoptimalkan Wajihah
Manifestasi dari dakwah yang sesungguhnya adalah dalam bentuk amal yang nyata. Amal yang kemudian melahirkan pengaruh kebaikan ditengah-tengah masyarakat. Apakah mereka akan mendeklarasikan bergabung dalam barisan ini. Atau hanya menjadi simpatisan saja, minimal mereka tidak antipati terhadap gerakan yang diusung oleh kader-kader dakwah. Yang jelas keberadaan para kader di tataran operasional lapangan akan meneguhkan kembali tentang niat dan cita-cita perjuangan kita. Untuk melakukan transformasi masyarakat yang islami.

Ujung tombak dari manifestasi itu adalah wajihah-wajihah amal. Perwajahan dari dakwah yang diusung para kadernya. Dakwah itu tidak untuk diri sendiri saja, akan tetapi harus ditebarkan sehingga menerangi semesta ini. Wajihah amal akan menjelma menjadi satu representative dari kekuatan para kadernya. Dari kesungguhan tekadnya dan keseriusannya dalam memikul amanah. Wajihah amal akan menjadi basis transformasi di masyarakat maupun dikampus melalui program-program kerjanya. Dan akan menciptakan arus baru melalui peran-peran politiknya.

Disamping itu tidak ada yang menafikan bahwa kematangan diri para kader tidaklah cukup hanya pada rutinitas pekanan dan interaksi sesamanya saja. Tetapi harus konkrit dalam wilayah yang bersentuhan dengan orang banyak. Bergelut dengan dialektika umum dan menyelesaikan problematika social yang ada. Terkadang memang membutuhkan pemikiran yang khusus. Dan kesemua aspek ini dapat di bangun dalam kerangka kita mengoptimalkan wilayah amal social yang ada di kampus.

Apabila wajihah-wajihah yang ada di kampus telah sepi dari syi’ar Islam maka boleh jadi kecil pula sebenarnya kontribusi kita bagi dakwah ini. Jika wajihah ini telah ditinggal oleh para kadernya lantaran memilih kepentingan lain maka boleh jadi akan tergantikan oleh orang lain. Dan kita hanya menjadi penonton yang baik saja. Jika para kader telah mengesampingkan wajihah amal ini dengan alas an kesibukan dan tuntutan-tuntutan lain, boleh jadi sampai kapanpun kita belum siap mengemban amanah pemimpin ummat.

Jawabannya sangat tergantung pada komitmen dan integritas masing kita. Sesudahnya kepada Allah kita kembalikan segenap amal yang telah kita tunaikan.

Penutup
Pada ashar hari Kamis di akhir pekan, seorang kader dakwah seperti dituturkan Imam Hasan Al Banna keluar dari bengkel tempat ia bekerja. Malamnya ia sudah memberikan ceramah di sebuah pertemuan beberapa puluh kilometer dari tempatnya. Esok Jum’atnya ia berkhutbah dengan bagus ditempat lain yang jaraknya juga lumayan jauh. Asharnya ia memberikan pengarahan pada sebuah mukhayyam (camping) yang diikuti ratusan pemuda dari berbagai penjuru.


Malamnya lepas isya ia menyampaikan arahan dalam sebuah dauroh besar. Ratusan kilometer dalam tempo 30 jam ditempuhnya, suatu perjalanan yang melelahkan. Namun esoknya dengan wajah cerah cemerlang dan hati yang tenang, ia telah tiba ditempat kerjanya lebih cepat, tanpa ribut-ribut mengisahkan kerja besar yang baru diselesaikannya. Wallahu’alam bisshawab.


[Wiyono K]

posted by cerita dakwah kampus @ Permalink ¤09:31  
0 Comments:
Post a Comment
<< Home
 
 

about me
dakwah bukan hanya amanah dan kesempatan, melainkan juga sebuah anugerah. dan karenanya pula manusia berhak untuk menikmati indahnya...
Udah Lewat
Archives
Rosail

"Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh yang maâ??ruf dan mencegah yang munkar dan beriman kepada Allah ..."
(QS. Ali Imran [3] : 110)

"Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik ..."
(QS. An Nahl [16] : 125)

Links
Beranda

Berbagilah, karena cerita ini akan menjadi hikmah bagi saudara kita. jangan kau simpan itu, dan tidak membuat saudaramu merasakan nikmatnya kisahmu...

cerita.dk@gmail.com
subyek: cerita...


Blog ini makin hidup, jika kita menjalin pertisipasi bersama. Seperti halnya sebuah rumah teduh, dengan kicauan burung di berandanya

Komentar

Kontributor
Ingin Menjadi kontributor? Silahkan kirim mail kesanggupan dengan nama jelas.
Kesan

Free shoutbox @ ShoutMix

Now, online visitor(s)
Pengunjung


Cerita Dakwah Kampus

Feed on
Post-rss
Post-default
Comments-default
Designed-By

Visit Me Klik It
Credite
15n41n1