”MEMBACALAH bila ingin berpengetahuan!”
Demikian kalimat yang terpampang dan sempat saya baca di salah satu sudut sebuah perpustakaan. Kalimat tersebut, saya pikir merupakan sebuah bentuk nasihat mulia. Ya, kita memang mempunyai amanat untuk rajin membaca. ”Bacalah!” Begitu bunyi sebuah ayat dalam Alquran.Banyak orang berpendirian, dengan membaca kita akan lebih berpengetahuan, lebih berwawasan, serta akan lebih bijak dalam menilai sesuatu.
Terkait dengan aktivitas membaca, terdapat paling tidak dua jenis motivasi yang memicu seseorang itu untuk membaca.Pertama, motivasi internal. Seseorang membaca karena didorong oleh keinginan, hasrat untuk mengetahui, —dan mungkin juga— menguasai sesuatu hal. Jelas, dorongan untuk membaca ini timbul dari dalam diri pembaca itu sendiri. Ia membaca atas kesadaran diri sendiri, bukan karena pengaruh atau paksaan dari luar.
Kedua, motivasi eksternal. Dalam hal ini, seseorang melakukan kegiatan membaca supaya dirinya mendapatkan suatu reward. Misalkan, seorang mahasiswa yang membaca buku semalam suntuk demi bisa mendapatkan nilai yang baik pada ujian esok harinya. Pada konteks ini, dorongan untuk membaca muncul karena pengaruh dari luar diri yang bersangkutan.
Terlepas dari motivasi apa yang dimiliki seseorang untuk membaca, idealnya kegiatan membaca memang harus senantiasa dilakukan di mana pun dan kapan pun. Namun demikian, motivasi saja masih belum cukup untuk menjamin agar kita bisa benar-benar mengerti dan memahami apa yang kita baca. Untuk itu, selain motivasi yang kuat untuk membaca, kita pun perlu mengetahui teknik-teknik membaca yang baik dan efektif.
Dalam karyanya yang bertajuk ”The Brain Worker’s Handbook” (yang telah diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia menjadi ”Cara Mudah Menjadi Pemikir Kreatif”), Dr. Kurt Kauffmann mengemukakan, sejumlah teknik yang perlu dipraktikkan saat melakukan aktivitas membaca. Pertama, membacalah untuk memperoleh informasi, bukan untuk memperoleh aneka pendapat. Bersikaplah kritis. Mengapa? Karena Anda, sudah tentu tidak ingin menjadi orang yang cuma membeo. Sangat banyak orang yang membaca sesuatu dan lantas mempercayai begitu saja apa yang dia baca.
Tidak sedikit orang yang membaca demi hanya mendukung pendapat yang telah dianutnya. Pembaca yang demikian tidak mau berpikir lagi dan percaya pada apa yang dibacanya begitu saja. Kedua, hendaknya Anda membolak-balik terlebih dahulu buku yang akan Anda baca sebelum Anda memutuskan membaca buku tersebut hingga tuntas.
Pertimbangkan apakah buku itu bermanfaat atau tidak bagi Anda. Cermatilah apakah makna buku tersebut bagi Anda. Lakukan hal yang sama pula saat Anda akan membaca koran atau majalah. Ketiga, jika Anda membaca buku ilmiah, Anda harus membacanya dengan pikiran yang objektif. Akan tetapi, jika Anda membaca buku yang mengemukakan suatu pendapat atau propaganda, Anda harus membaca buku itu dengan kritis.
Dalam konteks ini, Anda harus menempatkan diri Anda laksana seorang hakim. Dengan demikian, Anda harus menjadi orang yang tidak gampang percaya begitu saja. Keempat, buatlah tanda-tanda khusus pada bagian-bagian penting dalam setiap bahan bacaan yang Anda baca. Tanda-tanda khusus itu bisa berupa tanda silang yang mencolok pada tepi kiri bagian yang Anda baca, bisa juga berupa garis bawah pada bagian-bagian penting bahan yang Anda baca.
Kelima, buatlah ringkasan atau ikhtisar dari setiap pokok persoalan yang Anda baca. Ringkasan atau ikhtisar itu bisa Anda tulis dalam sehelaikartu atau dalam buku catatan khusus. Bila kelima teknik yang disodorkan oleh Dr. Kurt Kauffmann tersebut berhasil Anda praktikkan pada saat membaca, insya Allah Anda akan mampu membaca dengan baik. Banyak atau sedikit? Dimuka telah disebutkan bahwa idealnya kegiatan membaca itu sebaiknya dilakukan di mana pun dan kapan pun.
Persoalannya, seberapa banyak kita harus membaca? Banyak atau sedikit bukan merupakan hal yang terpenting dalam soal ini. Hal yang utama dalam membaca adalah yang menyangkut keefektifan dan keefisienan. Membaca sedikit tetapi efektif dan efisien jauh lebih baik dibandingkan dengan membaca banyak tetapi justru tidak efektif dan efisien.Sementara kalangan menilai, kegiatan membaca sendiri merupakan sebuah pekerjaan mental yang melelahkan otak.
Karenanya, kegiatan membaca seyogyanya dianggap sebagai sebuah pekerjaan serius dalam arti yang sesungguhnya dan bukannya sebagai sebuah kegiatan rekreatif yang bisa dilakukan sambil lalu dan asal-asalan.Nah, sebagai sebuah pekerjaan serius, sudah barang tentu, kegiatan membaca ini memerlukan konsentrasi penuh serta menuntut kesiapan mental dan fisik dari mereka yang melakukannya. Jadi, senantiasalah menyiapkan mental dan fisik Anda sebelum membaca sehingga Anda mampu memahami apa yang Anda baca dengan baik.
*** diambil dari: percikan-iman.com. Penulis:DJOKO SUBINARTO |