Friday, April 28, 2006
Lalai...

Hari ini tepat 2 minggu aku menjadi anak yatim. Perlu waktu dua minggu bagiku untuk menyadari statusku yang baru ini…Bukan status yang membanggakan…bahkan kerap menimbulkan belas kasihan orang ketika melihatku. Anak yatim…berarti aku tidak berayah lagi, itu status baru yang harus kusandang. Status yang menyadarkanku…bahwa semua makhluk pasti akan mati, setiap makhluk akan kembali kepada Sang Pencipta. Teringat aku ketika prosesi pemakaman, kyai membacakan do’a untuk jenazah, tetapi kata-kata yang kutangkap justru suatu tohokan-tohokan yang menusuk dadaku.

“Amalan apa yang akan ditanya malaikat kubur?”

“Sholat adalah amal utama yang akan ditanya oleh malaikat penjaga kubur”

“Dan Insyaallah almarhum sudah mempunyai bekal cukup untuk di alam nanti”

“Almarhum juga mempunyai bekal amal yang tak terputus yaitu putra-putri yang sholeh dan sholehah”

……………………………………………………………………………………………

Itulah sebagian kecil dari kata-kata Kyai yang membuatku berpikir, apabila aku yang menjadi jenazah, apakah benar bahwa aku sudah benar-benar mempunyai amalan yang cukup untuk bekal di alam barzah dan akhirat?

Sedikit banyak ini mengingatkanku kembali pada kematian yang pasti akan terjadi pada semua yang hidup. Mengingatkanku kembali kepada amalan-amalanku yang terus terang saja masih sangat ‘cekak’. Segala ingatan-ingatanku itu membuatku tertunduk malu…bukan pada orang-orang disekitarku..bukan pula kepada sesama peziarah…tetapi malu kepada Allah.

Kata-kata Kyai selanjutnya membuatku semakin bertambah malu….

Apakah benar bahwa aku ini termasuk kategori putra/putri yang sholeh/sholehah? Apakah benar selama ini aku selalu mendoakan kedua orangtuaku?

Apakah benar selama ini aku sudah berbakti kepada keduanya?

Kenapa aku tidak bisa menjawab dengan penuh percaya diri, menjawab dengan kepala tertengadah dan bukannya tertunduk malu, menjawab “IYA”. Kenapa sulit sekali melakukannya????

Sungguh memalukan sekali, karena selama ini aku berkecimpung di aktivitas dakwah. Aku yang selama ini berusaha menyeru umat tentang kebenaran (eh..ga sehebat itu sih… tapi kalo ga salah itukan pengertian harfiah dari dakwah…), tapi aku lupa pada keluargaku, aku lupa mendoakan kedua orangtuaku, aku lupa berbakti pada kedua orangtuaku

Dan haruskah sebuah kematian yang menyadarkan kelalaianku? Tapi kalo ini sebuah jalan menuju kebaikan, aku terima. Semoga ini sebuah momentum untuk melakukan perubahan bagiku. Sesungguhnya tidak ada manusia yang terlepas dari salah dan lalai, bahkan rasulullah sekalipun.

Wahai saudaraku, apakah engkau adalah ‘AKU’?

Jika bukan, maka jadikan kisah ini sebuah kisah pengingat bagi kita semua.

Apabila engkau adalah ‘AKU’, maka marilah kita sama-sama berubah, sama-sama menuju diri kita yang lebih baik. Sesungguhnya tidak ada kata terlambat untuk berubah.

Si Jegeg
Bandung
, 28 April 2005
Coz we’re Salulung Sabayantaka !!!!


posted by cerita dakwah kampus @ Permalink ¤12:54   0 comments
Monday, April 24, 2006
Disebabkan oleh Cinta

Disebabkan oleh cinta
Tunas itu tumbuh menjadi pohon
Menghiasi taman
Dan burung pun bersarang di dahan

Disebabkan oleh cinta
Mentari itu bersinar
Ditemani awan berarak-arakan
Dan diganti rembulan di kala malam

Disebabkan oleh cinta
Hujan itu turun
Memberi bumi kehidupan
Agar insan bersyukur

Apakah karena cinta
Seorang pahlawan gugur
Di tengah medan pertempuran?

Apakah karena cinta
Seorang mujahid meneteskan darah
Di tengah ‘pasukan perang’?

Benarkah dia cinta
Menjadikan Alloh sebagai tujuan
Rasul sebagai teladan
Al qur’an sebagai pedoman
Jihad sebagai jalan
Dan mati syahid sebagai cita-cita

Bagaimana dengan cintaku?
Apa definisi cintaku?

7 Maret 2006

Untuk saudara2ku yang mencari jalan ke surga
Surga hanya terdefinisi di hati seorang pejuang
Insya Allah...


Dika Amelia Ifani

posted by cerita dakwah kampus @ Permalink ¤12:58   2 comments
Friday, April 21, 2006
Bergerak atau Mati!!!
Ibu guru dulu pernah berkata. Salah satu ciri makhluk hidup adalah bergerak. Kucing berlari menggerakkan kakinya. Burung terbang mengepakkan sayapnya. Harimau makan menancapkan taringnya. Elang menyambar mangsa dengan mencengkeramkan cakarnya. Tumbuhan pun bergerak meninggikan batangnya, melebarkan daunnya, dan menyebarkan akarnya. Semuanya bergerak demi mempertahankan hidup. Bila tidak bergerak? Matilah dia!

Saat diam pun makhluk hidup tetap bergerak. Jantung terus berdetak memompa darah. Sehingga darah pun mengalir melalui pembuluh darah menuju seluruh tubuh. Paru-paru kembang-kempis menyerap oksigen. Kemudian oksigen didistribusikan bersama dengan aliran darah. Organ-organ industri pencernaan pun terus bekerja mengolah bahan makanan menjadi barang jadi yang siap didistribusikan kepada yang membutuhkan. Sel-sel dalam tubuh terus membelah. Jika ada jaringan tubuh yang rusak, sel itu bekerja memperbaikinya. Semuanya berdinamika demi mendukung keberlangsungan hidup sang makhluk.

Apa jadinya apabila semua elemen itu diam? Apa jadinya jika jantung berhenti berdetak, paru-paru berhenti mengembang, organ pencernaan tidak bekerja, dan sel-sel tubuh berhenti membelah diri? Maka yakinlah, itulah tanda-tanda kematian. Lantas, apa konsekuensi yang diterima sesosok makhluk mati? Ia tidak berguna, ditinggalkan, dikubur, membusuk, dan lenyap dari peredaran dunia. Tak lama kemudian lahirlah makhluk baru yang bernama bayi. Kelahirannya dinantikan orang tua. Pecahan tangisnya membahagiakan sanak saudara. Harapan baru muncul dari ekspresi wajahnya. Semua perhatian tertuju kepadanya. Dan si makhluk mati pun semakin dilupakan seiring semakin sehatnya Sang Bayi.

Begitulah analogi kehidupan kita sebagai orang yang mengklaim dirinya da’i. Silakan renungkan sendiri…

bocah_bagus (staf dept hoebloe yang selaloe mengoetamakan penggoenaan bahasa indonesia dengan baik dan benar sesoeai Edjaan Jang Disempoernakan)

posted by cerita dakwah kampus @ Permalink ¤15:52   0 comments
Wednesday, April 19, 2006
Wajah-Wajah itu Mengajarkan Kita
Kebahagian terbesar kita diantaranya adalah menyaksikan manusia lain bahagia atas apa yang kita lakukan. seperti halnya sebuah hadits bahwa manusia yang paling berhasil adalah yang memberikna manfaat sebasar-besarnya bagi manusia lainnya.

Seberapa manfaat apa yang kita lakukan bagi orang lain, bisa dilihat dari reaksi yang diberikan oleh orang tersebut. Hal yang paling bisa dilhat adalah pada wajah-wajah mereka. Wajah-wajah mereka mengungkapkan apa yang mereka rasakan. Selama kita melakukan sebuah kebaikan, maka wajah yang ditampilkan adalah buah ketulusan.

Sekarang, mari kita lihat bagaimana wajah saudara-saudara kita, bagaimana wajah adik-adik kita dan wajah orang-orang dekat kita. Wajah-wajah meeka mengajarkan pada kita banyak hal.

Lihatlah betapa wajah mereka memberikan perhatian, atas apa yang kita sampaikan.

Lihatlah betapa wajah mereka menyalurkan pengharapan, sesuatu yang benar-benar mereka harapkan dari kita.

Lihatlah betapa wajah mereka mengungkapkan kasih sayang, sebuah energi besar peradaban manusia.

Lihatlah betapa wajah mereka menyampaikan kegelisahan, dan manusia memang hanya bisa ber’ikhtiar dan berdo’a.

Lihatlah betapa wajah mereka menampakan motivasi dan kesungguhan, alangkah sayang jika wajah itu juga menampilkan kebingungan-kebingungan.

Wajah-wajah mereka lah yang harus kita pertahankan, kita pelihara dan pastinya kita balas dengan wajah-wajah terbaik kita. Jika kita kebingungan mencari tambatan atas apa yang kita lakukan, mari segera ingat bahwa wajah-wajah mereka bisa menjadi sumber awal gerak kita, seruan-seruan kita. Karena kita ingin menyemai makin banyak wajah cerah di muka bumi ini, tanpa ada kegelapan-kegelapan yang mengiringinya....

sebuah wajah baru dimulai hari ini

trian


posted by cerita dakwah kampus @ Permalink ¤12:40   0 comments
Friday, April 14, 2006
Hidup Adalah Pilihan

Hidup adalah pilihan… kalimat yang masih terngiang ditelinga walaupun seingat saya belum ada orang yang pernah mengatakan hal itu langsung kepada saya. Kata-kata itu saya lihat di salah satu bukom Gamais beberapa waktu setelah amanah yang sangat berat –selama hidup saya- itu ternyata berada di pundak saya. Selanjutnya, sang penulis mengatakan bahwa meskipun hidup adalah sebuah pilihan, namun dakwah adalah sebuah keniscayaan yang akan dimintakan pertanggungjawabannya nanti oleh Sang Maha Pengevaluasi.

Saya adalah seorang anak yang lahir dari keluarga yang memegang tinggi nilai agama walaupun belum sampai tahap pelaksanaan. Buktinya adalah sampai kini ibu, kakak, dan adikku belum berhijab sebagaimana akhwat-akhwat yang sering ada di Salman.

Alhamdulillah, saya dibesarkan dalam lingkungan yang dinamis sehingga jalan hidup saya pun jadi menarik, kalau tidak mau dikatakan buruk. Sebagian besar teman-teman main saya bahkan sudah tidak asing lagi dengan barang haram yang kini sedang marak dipergunakan oleh remaja yang ‘gaul’ atau ‘salah bergaul’. Mulai dari rokok, miras, ganja, pil nipam, pil BK, bahkan heroin sekalipun terkadang bisa menjadi kebutuhan hidup yang harus terpenuhi setiap harinya minimal sampai tingkatan ganja.

Pergaulan bebas antara laki-laki perempuan, perkelahian antar geng yang tidak pernah beralasan, pemalakan, mengamen, bermain band adalah hal-hal yang mewarnai dinamisnya teman-teman saya. Dan beberapa hal yang saya sebutkan di atas pun turut mendinamisasi jalan hidup saya hingga saat itu tiba.

Berawal dari diterimanya saya disalah satu SMU pra Unggulan di salah satu kota besar di Indonesia, perlahan saya mulai meninggalkan kebiasaan-kebiasaan buruk yang kalau sekarang saya melihatnya akan dengan perasaan jijik (maaf). Kehidupan di SMU saya jalani dengan menjadi ‘manusia baru’ walaupun tidak betul-betul baru karena saya masih suka pulang malam –hanya untuk bermain- dan masih menjadi salah satu personil group band yang ‘tidak jadi tenar’ di kota tersebut. Orang tua pun cukup cemas melihat perubahan dalam diri saya karena memang aktivitas buruk yang saya lakukan sejak SMP tidak pernah diketahui oleh orang tua.

Kisah itupun terus berlanjut sampai suatu saat orang tua memberi ultimatum keras agar saya lebih mendisiplinkan diri agar lulus di Perguruan Tinggi Negeri. Waktu malam yang biasa saya habiskan di luar untuk bermain bersama teman-teman pun mulai berganti dengan waktu belajar. Sampai-sampai kalau saya sedang bermain, ibu saya biasanya akan menjemput pada jam-jam larut untuk memanggil dan menyuruh saya pulang.

Dan akhirnya, perjuangan saya untuk lulus PTN ditambah doa orang tua (tentunya atas izin Allah SWT) membuahkan hasil yang memuaskan karena pasca itu kehidupan saya berubah hampir 180 derajat (untung tidak 360 derajat). Saya pun diterima di Institut Teknologi Bandung.

Di kampus ini cerita pun berlanjut. Saya diperkenalkan dengan sebuah forum meningkatkan keimanan yang memang baru saya dapatkan di kampus. Mentoring, ya... itulah forum yang telah mengubah tingakh laku, perkataan, dan pemahaman saya tentang islam secara kaffah. Sebagaimana seorang ustadz mengatakan bahwa hidup itu baru terasa setelah ia merasakan islam secara benar.

Awalnya, saya adalah orang yang sangat tidak ingin ikut kaderisasi himpunan. Dan karena itu, saya berusaha untuk mengalihkan kegiatan saya untuk memperbaiki diri dengan mengikuti dua organisasi keislaman -di kampus dan di Salman- yaitu Majelis Ta’lim (Mata’) Salman dan Keluarga Mahasiswa Islam (Gamais) ITB. Maruk ya? Oh tentu tidak karena akhirnya saya memutuskan untuk konsentrasi di Gamais setelah meminta pertimbangan kakak mentor –saat itu adalah mentoring ISC- dalam memilih salah satu dari dua organisasi karena ternyata saya punya keterbatasan kemampuan (iya dong.. saya kan juga manusia kaya Rocker).

Lewat bimbingan mentor yang penyabar itu akhirnya saya bisa belajar banyak tentang dien ini yang dulu saya hanya tahu sedikit. Lewat beliau saya diarahkan untuk bisa beraktivitas di medan dakwah dan menjadi da’i dimanapun saya beraktivitas. Saya ingat ketika pertama kali akan menjadi mentor. Saat itu saya merasa tidak pantas karena saya bukanlah orang yang bersih.namun, beliau mengatakan bahwa sebenarnya dengan menjadi mentor itulah antum akan mempunyai percepatan dalam menjadi baik.

Sementara itu, kegiatan dakwah saya di Gamais dimulai dengan selesainya saya mengikuti pelantikan perintis. Ada nuansa berbeda terjadi pada saya terutama tentang arti sebuah ukhuwah islamiyah yang dulu saya mengenalnya dengan nama solidaritas. Perbedaan yang cukup penting adalah bahwa ukhuwah islamiyah ini tidak memperhatikan status sosial seseorang, tidak memperhatikan darimana ia berasal, kasih sayang yang tercipta lebih dikarenakan cintaNya kepada Allah SWT -bukan yang lain- sehingga cintanya tulus tanpa tendensi apapun yag berkaitan dengan dunia. Itulah yang dikatakan oleh Al-Qur’an

”Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara,...” (Al-Hujurat : 10)

Sejak saat pelantikan di Gamais, saya terus diajarkan tentang ’reality show of dakwah in Allah ways’. Sebuah cerita menarik tentang kehidupan nyata seorang aktivis dakwah. Kehidupan yang memang buka lagi milik pribadi aktivis, tapi memang kehidupan yang diperuntukkan untuk mengedepankan kepentingan umat ini di atas kepentingan pribadi. Kehidupan aktivis dakwah seperti yang pernah digambarkan oleh Imam Syahid Hasan Al-Banna,

Betapa inginnya kami agar umat ini mengetahui bahwa mereka lebih kami cintai daripada diri kami sendiri.

Kami berbangga ketika jiwa-jiwa kami gugur sebagai penebus bagi kehormatan mereka,

jika memang tebusan itu yang diperlukan.

Atau menjadi harga bagi tegaknya kejayaan, kemuliaan dan terwujudnya cita-cita mereka,

jika memang itu harga yang harus dibayar.

Tiada sesuatu yang membuat kami bersikap seperti ini selain rasa cinta yang telah mengharu biru hati kami,

menguasai perasaan kami, memeras habis air mata kami,

dan mencabut rasa ingin tidur dari pelupuk mata kami.

Betapa rasa berat di hati ketika kami menyaksikan bencana yang mencabik-cabik umat ini,

sementara kita hanya sanggup menyerah pada kehinaan dan pasrah oleh keputusasaan.

Sungguh, kami berbuat di jalan Allah untuk kemaslahatan seluruh manusia,

lebih banyak dari apa yang kami lakukan untuk kepentingan diri kami.

Kami adalah milik kalian, wahai saudara-saudara tercinta.

Sesaat pun kami tidak akan pernah menjadi musuh kalian.

Sungguh saudaraku, ini adalah ungkapan yang sangat hebat. Bagaimana tidak, gambaran seorang aktivis memang akan mempersembahkan apa yang ia miliki untuk dakwah ini. Bukan sebaliknya, berusaha untuk memanfaatkan dakwah demi mencapai tujuan pribadinya, naudzubillah tsumma naudzubillah. Layaknya seorang ’penumpang gelap’ dalam kereta dakwah ini yang tentunya bermaksud untuk menghancurkan gerakan dakwah yang mulia ini. Seperti seorang yang menjadikan kereta dakwah ini untuk mencari pasangan hidup, seorang yang menjadikan dakwah ini sebagai sarana mempopulerkan dirinya sehingga dapat menjadi catatan perjalanan hidupnya agar memudahkan dalam mencari kerja, atau tujuan-tujuan dunia lainnya. Ingat !!! Allahu Ghayatuna, Allah tujuan kami.

Ikhwan wal akhwat fillah rahimmakumullah. Perjalanan dakwah yang telah ana ikuti hingga saat ini telah mentarbiyah diri ana bahwa memang dakwah ini memang keniscayaan yang harus ditempuh dalam setiap perjalanan orang-orang muslim. Oleh karena itu, beruntunglah antum yang berhasil tetap berada dijalan ini dan bersama kafilah-kafilah didalam kereta dakwah.

Ikhwan wal akhwat fillah rahimmakumullah. Perjalanan ini pun mengajarkan pada ana pentingnya modal yang cukup, baik secara kualitas ataupun kuantitas. Seperti pentingnya bekal ketika hendak berpergian, seperti itulah pentingnya bekal bagi pejuang dakwah. Bekal itu meliputi keimanan kepada Allah swt, ukhuwah sebagai ikatan diantara para prajurit-Nya, dan amal jama’i sebagai sarana mempercepat pencapaian tujuan.

Ikhwan wal akhwat fillah rahimmakumullah. Ketahuilah bahwa kehidupan di dunia ini hanya sebentar, perbandingannya seperti air yang menetes dari jari tangan kita dan air yang berada di lautan. Kehidupan manusia di dunia ini hanya seperti seorang pengembara yang sedang berteduh di bawah pohon rindang. Lantas, apakah seorang pengembara itu akan berdiam terus di bawah pohon atau menerusan perjalannya hingga mencapai tujuan? Oleh karena itu,

“....’Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang mukmin,...’”(At-Taubah : 105)

jemmi gumilar

posted by cerita dakwah kampus @ Permalink ¤16:04   0 comments
Tuesday, April 11, 2006
Surat Cinta dari Manusia-Manusia yang Malamnya Penuh Cinta..

Kami tujukan kepada :
Insan yang tersia-sia malamnya

Assalamu'alaykum warohmatulloohi wabarokaatuh

Wahai orang-orang yang terpejam matanya,

Perkenankanlah kami, manusia-manusia malam menuliskan sebuah surat cinta kepadamu. Seperti halnya cinta kami pada waktu malam-malam yang kami rajut di sepertiga terakhir. Atau seperti cinta kami pada keagungan dan rahasianya yang penuh pesona. Kami tahu dirimu bersusah payah lepas tengah hari berharap intan dan mutiara dunia. Namun kami tak perlu bersusah payah, sebab malam-malam kami berhiaskan intan dan mutiara dari surga.

Wahai orang-orang yang terlelap,

Sungguh nikmat malam-malammu. Gelapnya yang pekat membuat matamu tak mampu melihat energi cahaya yang tersembunyi di baliknya. Sunyi senyapnya membuat dirimu hanyut tak menghiraukan seruan cinta. Dinginnya yang merasuk semakin membuat dirimu terlena,menikmati tidurmu di atas pembaringan yang empuk, bermesraan dengan bantal dan gulingmu, bergeliat manja di balik selimutmu yang demikian hangatnya. Aduhai kau sangat menikmatinya.

Wahai orang-orang yang terlena,

Ketahuilah, kami tidak seperti dirimu !! Yang setiap malam terpejam matanya, yang terlelap pulas tak terkira. Atau yang terlena oleh suasananya yang begitu menggoda. Kami tidak seperti dirimu !! Kami adalah para perindu kamar di surga. Tak pernahkah kau dengar Sang Insan Kamil, Rasulullah SAW bersabda : "Sesungguhnya di surga itu ada kamar yang sisi luarnya terlihat dari dalam dan sisi dalamnya terlihat dari luar. Disediakan untuk mereka yang memberi makan orang-orang yang memerlukannya, menyebarkan salam serta mendirikan sholat pada saat manusia terlelap dalam tidur malam." Sudahkah kau dengar tadi ? Ya, sebuah kamar yang menakjubkan untuk kami dan orang-orang yang mendirikan sholat pada saat manusia-manusia yang lain tertutup mata dan hatinya.

Wahai orang-orang yang keluarganya hampa cinta,
Kau pasti pernah mendengar namaku disebut. Aku Abu Hurairah, Periwayat Hadist. Kerinduanku akan sepertiga malam adalah hal yang tak terperi. Penghujung malam adalah kenikmatanku terbesar. Tapi tahukah kau ? Kenikmatan itu tidak serta merta kukecap sendiri. Kubagi malam-malamku yang penuh syahdu itu menjadi tiga. Satu untukku, satu untuk istriku tercinta dan satu lagi untuk pelayan yang aku kasihi. Jika salah satu dari kami selesai mendirikan sholat, maka kami bersegera membangunkan yang lain untuk menikmati bagiannya. Subhanallah, tak tergerakkah dirimu ? Pedulikah kau pada keluargamu ? Adakah kebaikan yang kau inginkan dari mereka ? Sekedar untuk membangunkan orang-orang yang paling dekat denganmu, keluargamu ?

Lain lagi dengan aku, Nuruddin Mahmud Zanki. Sejarah mencatatku sebagai Sang Penakluk kesombongan pasukan salib. Suatu kali seorang ulama tersohor Ibnu Katsir mengomentari diriku, katanya, " Nuruddin itu kecanduan sholat malam, banyak berpuasa dan berjihad dengan akidah yang benar." Kemenangan demi kemenangan aku raih bersama pasukanku. Bahkan pasukan musuh itu terlibat dalam sebuah perbincangan seru. Kata mereka, " Nuruddin Mahmud Zanki menang bukan karena pasukannya yang banyak. Tetapi lebih karena dia mempunyai rahasia bersama Tuhan". Aku tersenyum, mereka memang benar. Kemenangan yang kuraih adalah karena do'a dan sholat-sholat malamku yang penuh kekhusyu'an.

Tahukah kau dengan orang yang selalu setia mendampingiku ? Dialah Istriku tercinta, Khotun binti Atabik. Dia adalah istri shalehah di mataku, terlebih di mata Alloh. Malam-malam kami adalah malam penuh kemesraan dalam bingkai Tuhan. Gemerisik dedaunan dan desahan angin seakan menjadi pernak-pernik kami saat mendung di mata kami jatuh berderai dalam sujud kami yang panjang.

Kuceritakan padamu suatu hari ada kejadian yang membuat belahan jiwaku itu tampak murung. Kutanyakan padanya apa gerangan yang membuatnya resah. Ya Alloh, ternyata dia tertidur, tidak bangun pada malam itu, sehingga kehilangan kesempatan untuk beribadah. Astaghfirulloh, aku menyesal telah membuat dia kecewa. Segera setelah peristiwa itu kubayar saja penyesalanku dengan mengangkat seorang pegawai khusus untuknya. Pegawai itu kuperintahkan untuk menabuh genderang agar kami terbangun di sepertiga malamnya.

Wahai orang-orang yang terbuai,
Kau pasti mengenalku dalam kisah pembebasan Al Aqso, rumah Allah yang diberkati. Akulah pengukir tinta emas itu, seorang Panglima Perang, Sholahuddin Al-Ayyubi. Orang-orang yang hidup di zamanku mengenalku tak lebih dari seorang Panglima yang selalu menjaga sholat berjama'ah. Kesenanganku adalah mendengarkan bacaan Alqur'an yang indah dan syahdu. Malam-malamku adalah saat yang paling kutunggu. Saat-saat dimana aku bercengkerama dengan Tuhanku. Sedangkan siang hariku adalah perjuangan-perjuangan nyata, pengejawantahan cintaku pada-Nya.

Wahai orang-orang yang masih saja terlena,

Pernahkah kau mendengar kisah penaklukan Konstantinopel ? Akulah orang dibalik penaklukan itu, Sultan Muhammad Al Fatih. Aku sangat lihai dalam memimpin bala tentaraku. Namun tahukah kau bahwa sehari sebelum penaklukan itu, aku telah memerintahkan kepada pasukanku untuk berpuasa pada siang harinya. Dan saat malam tiba, kami laksanakan sholat malam dan munajat penuh harap akan pertolongan-Nya. Jika Alloh memberikan kematian kepada kami pada siang hari disaat kami berjuang, maka kesyahidan itulah harapan kami terbesar. Biarlah siang hari kami berada di ujung kematian, namun sebelum itu, di ujung malamnya Alloh temukan kami berada dalam kehidupan. Kehidupan dengan menghidupi malam kami.

Wahai orang-orang yang gelap mata dan hatinya,

Pernahkah kau dengar kisah Penduduk Basrah yang kekeringan ? Mereka sangat merindukan air yang keluar dari celah-celah awan. Sebab terik matahari terasa sangat menyengat, padang pasir pun semakin kering dan tandus. Suatu hari mereka sepakat untuk mengadakan Sholat Istisqo yang langsung dipimpin oleh seorang ulama di masa itu. Ada wajah-wajah besar yang turut serta di sana, Malik bin Dinar, Atho' As-Sulami, Tsabit Al-Bunani. Sholat dimulai, dua rakaat pun usai. Harapan terbesar mereka adalah hujan-hujan yang penuh berkah.

Namun waktu terus beranjak siang, matahari kian meninggi, tak ada tanda-tanda hujan akan turun. Mendung tak datang, langit membisu, tetap cerah dan biru. Dalam hati mereka bertanya-tanya, adakah dosa-dosa yang kami lakukan sehingga air hujan itu tertahan di langit ? Padahal kami semua adalah orang-orang terbaik di negeri ini ?

Sholat demi sholat Istisqo didirikan, namun hujan tak kunjung datang. Hingga suatu malam, Malik bin Dinar dan Tsabit Al Bunani terjaga di sebuah masjid. Saat malam itulah, aku, Maimun, seorang pelayan, berwajah kuyu, berkulit hitam dan berpakaian usang, datang ke masjid itu. Langkahku menuju mihrab, kuniatkan untuk sholat Istisqo sendirian, dua orang terpandang itu mengamati gerak gerikku.

Setelah sholat, dengan penuh kekhusyu'an kutengadahkan tanganku ke langit, seraya berdo'a :
"Tuhanku, betapa banyak hamba-hamba-Mu yang berkali-kali datang kepada-Mu memohon sesuatu yang sebenarnya tidak mengurangi sedikitpun kekuasaan-Mu. Apakah ini karena apa yang ada pada-Mu sudah habis ? Ataukah perbendaharaan kekuasaan-Mu telah hilang ? Tuhanku, aku bersumpah atas nama-Mu dengan kecintaan-Mu kepadaku agar Engkau berkenan memberi kami hujan secepatnya."

Lalu apa gerangan yang terjadi ? Angin langsung datang bergemuruh dengan cepat, mendung tebal di atas langit. Langit seakan runtuh mendengar do'a seorang pelayan ini. Do'aku dikabulkan oleh Tuhan, hujan turun dengan derasnya, membasahi bumi yang tandus yang sudah lama merindukannya.

Malik bin Dinar dan Tsabit Al Bunani pun terheran-heran dan kau pasti juga heran bukan ? Aku, seorang budak miskin harta, yang hitam pekat, mungkin lebih pekat dari malam-malam yang kulalui. Hanya manusia biasa, tapi aku menjadi sangat luar biasa karena doaku yang makbul dan malam-malam yang kupenuhi dengan tangisan dan taqarrub pada-Nya.

Wahai orang-orang yang masih saja terpejam,
Penghujung malam adalah detik-detik termahal bagiku, Imam Nawawi. Suatu hari muridku menanyakan kepadaku, bagaimana aku bisa menciptakan berbagai karya yang banyak ? Kapan aku beristirahat, bagaimana aku mengatur tidurku ? Lalu kujelaskan padanya, "Jika aku mengantuk, maka aku hentikan sholatku dan aku bersandar pada buku-bukuku sejenak. Selang beberapa waktu jika telah segar kembali, aku lanjutkan ibadahku."
Aku tahu kau pasti berpikir bahwa hal ini sangat sulit dijangkau oleh akal sehatmu. Tapi lihatlah, aku telah melakukannya, dan sekarang kau bisa menikmati karya-karyaku.

Wahai orang-orang yang tergoda,
Begitu kuatkah syetan mengikat tengkuk lehermu saat kau tertidur pulas ? Ya, sangat kuat, tiga ikatan di tengkuk lehermu !! Dia lalu menepuk setiap ikatan itu sambil berkata, "Hai manusia, Engkau masih punya malam panjang, karena itu tidurlah !!".

Hei, Sadarlah, sadarlah, jangan kau dengarkan dia, itu tipu muslihatnya ! Syetan itu berbohong kepadamu. Maka bangunlah, bangkitlah, kerahkan kekuatanmu untuk menangkal godaannya. Sebutlah nama Alloh, maka akan lepas ikatan yang pertama. Kemudian, berwudhulah, maka akan lepas ikatan yang kedua. Dan yang terakhir, sholatlah, sholat seperti kami, maka akan lepaslah semua ikatan-ikatan itu.

Wahai orang-orang yang masih terlelap,
Masihkah kau menikmati malam-malammu dengan kepulasan ? Masihkah ? Adakah tergerak hatimu untuk bangkit, bersegera, mendekat kepada-Nya, bercengkerama dengan-Nya, memohon keampunan-Nya, meski hanya 2 rakaat ? Tidakkah kau tahu, bahwa Alloh turun ke langit bumi pada 1/3 malam yang pertama telah berlalu. Tidakkah kau tahu, bahwa Dia berkata, "Akulah Raja, Akulah Raja, siapa yang memohon kepada-Ku akan Kukabulkan, siapa yang meminta kepada-Ku akan Kuberi, dan siapa yang memohon ampun kepada-Ku akan Ku ampuni. Dia terus berkata demikian, hingga fajar merekah.

Wahai orang-orang yang terbujuk rayu dunia,
Bagi kami, manusia-manusia malam, dunia ini sungguh tak ada artinya. Malamlah yang memberi kami kehidupan sesungguhnya. Sebab malam bagi kami adalah malam-malam yang penuh cinta, sarat makna. Masihkah kau terlelap ? Apakah kau menginginkan kehidupan sesungguhnya ? Maka ikutilah jejak kami, manusia-manusia malam. Kelak kau akan temukan cahaya di sana, di waktu sepertiga malam. Namun jika kau masih ingin terlelap, menikmati tidurmu di atas pembaringan yang empuk, bermesraan dengan bantal dan gulingmu, bergeliat manja di balik selimutmu yang demikian hangatnya, maka surat cinta kami ini sungguh tak berarti apa-apa bagimu.

Semoga Alloh mempertemukan kita di sana, di surga-Nya, mendapati dirimu dan diri kami dalam kamar-kamar yang sisi luarnya terlihat dari dalam dan sisi dalamnya terlihat dari luar. Semoga...


Wassalamu'alaykum warohmatulloohi wabarokaatuh


taken from bukom online mata'

posted by cerita dakwah kampus @ Permalink ¤09:46   0 comments
Monday, April 10, 2006
Dicari!! Penumpang Kereta Da'wah, Tujuan : STASIUN SYURGA
Saat kita sudah terlibat perniagaan menuju syurga,maka seluruh waktu, jiwa, raga, dan pikiran BUKANLAH milik kita lagi, melainkan milik ummat.Dan semua kelelahan yang kita rasakan, SUNGGUH, bukanlah kesia-siaan.

Saat kita mengingat janji Allah yang pasti tidak akan berkhianat, dari situlah kita temukan muara kedamaian & kesejukan yang mengobati rasa perih sepanjang perjalanan.

Begitupun berbagai tuntutan,Kadang kita tidak siap, bahkan sangat jauh dari siap untuk memberikan semua yang dituntutkan semua orang pada kita.Orang tua, organisasi da'wah, teman, adik mentor...Semua 'meminta' kita, berdemonstrasi menuntut pemenuhan hak, dan sedikit banyak 'menekan' kita untuk menjadi sosok ideal.

Apakah mereka salah?Kata iklan, tentu tidak!Menuntut adalah hak mereka, karena kita sudah mengambil tantangan ini, jalan ini. Dan mereka adalah bagian dari umat yang kita cintai.Yang senantiasa kita ikrarkan ..." Betapa inginnya kami agar umat ini mengetahui bahwa mereka lebih kami cintai daripada diri kami sendiri.

Kami berbangga ketika jiwa2 kami gugur sebagai penebus bagi kehormatan mereka, jika memang tebusan itu yang diperlukan. Atau menjadi harga bagi tegaknya kejayaan, kemuliaan, dan terwujudnya cita2 mereka, jika memang itu harga yang harus dibayar.

Tiada sesuatu yang membuat kami bersikap seperti ini selain rasa cinta yang telah mengharu biru hati kami, menguasai perasaan kami, memeras habis air mata kami, dan mencabut rasa ingin tidur dari pelupuk mata kami.

Betapa berat rasa di hati ketika kami menyaksikan bencana yang mencabik2 umat ini, sementara kita hanya sanggup menyerah pada kehinaan dan pasrah oleh keputusasaan.

Sungguh, kami berbuat di Jalan 4JJI untuk kemaslahatan seluruh manusia, lebih banyak dari apa yang kami lakukan untuk kepentingan diri kami. Kami adalah milik kalian wahai saudara2 tercinta. Sesaat pun kami tak akan pernah menjadi musuh kalian.."

Namun tentu,Akan jauh lebih mudah bagi kita untuk mengklaim : "menuntut adalah HAK KALIAN, tapi memenuhinya adalah HAKKU..!"Tidak ...Ini adalah klaim seorang pecundang, bukan pahlawan.

Pelarian seorang pengecut yang tidak siap menghadapi hidup.Sungguh, hanya ada satu doktrin bagi para da'i : "KETIDAKSIAPAN adalah HAK, tapi BANGKIT adalah KEWAJIBAN"Karena Allah memang menciptakan kita dengan keterbatasan, namun TIDAK PERNAH memberitahu kita batas keterbatasan itu.

Hingga tugas kitalah untuk MENCARI TAHU, bukan MENGKLAIM batas keterbatasan kita.Bagaimana? Ya hanya dengan mencoba! Tidak ada cara lain ...Maka, tidak ada jalan lain selain bersegera MEMPERBESAR KAPASITAS DIRI untuk menerima tuntutan.

Dan saat kita mampu melewatinya,menempuh masa-masa sulit yang menguras seluruh kesabaran kita..KITA BERHASIL..!Menapak satu tangga menuju puncak kebahagiaan sejati di sisi Allah.Tidak ada pilihan lain selain berjuang.BERTAHAN ATAU MATI.

Inilah cerita tentang kereta da'wah,Sebuah kereta yang menuju taman syurga yang jelas keindahannya, jelas kenikmatannya, jelas keabadiannya. Penuh sesak, oleh orang-orang yang memiliki tujuan yang sama.

Ada yang harum mewangi bak taman bunga, ada yang berpeluh, bahkan ada yang sudah 1 abad tidak melaksanakan ritual mandi..Sebagian isinya tenang, menekuri alam semesta dengan sapi dan rerumputan yang terhampar, sebagian tertidur dan menganak sungai (apanya hayo?:)), sebagian asyik bercengkrama, sebagian mengalami konflik..

Lelah, bahagia, tangis, haru, kecewa, semua ada dalam kereta ini.Ada yang bersabar menghadapi bau oknum-oknum yang 'lupa' mandi,Ada yang muntah-muntah,Ada yang mengomel sepanjang perjalanan,Ada yang tidak tahan lalu memutuskan untuk keluar dari kereta, dan .. MATI.

Sadarilah..Di dalam kereta da'wah yang berisi manusia -bukan malaikat-,pasti ada friksi, pasti ada orang-orang 'bau', ada orang-orang berborok, berdarah dan bernanah, memuakkan.Mungkin kitalah orang-orang itu, mungkin juga bukan.

Sadarilah..Kereta ini akan terus melaju, DENGAN ATAU TANPA KITA.

Ya.. menuju kampung yang indah itu, stasiun syurga.Stasiun yang terlampau indah untuk ditukar dengan kekecewaan kita pada penumpang kereta..Betul!

BERTAHAN ATAU MATI.

ita karolina
posted by cerita dakwah kampus @ Permalink ¤11:14   0 comments
Sunday, April 09, 2006
Tentang Memiliki
‘Kita tidak akan merasa memiliki sebelum kehilangan’

Tentunya kata-kata di atas sudah tidak asing lagi bagi kita. Kata-kata tersebut merepresentasikan sifat manusia yang kurang bersyukur, selalu merasa kekurangan, melihat bahwa orang lain selalu mendapat ‘lebih’.

Wahai saudaraku, mari kita berhenti sejenak dan menengok kembali perjalanan kita. Apakah kita sudah bersyukur?

Apa yang kita miliki hingga patut disyukuri? Banyak tentunya.

Iman dan Islam. Jawaban standar aktivis dakwah.

Kita punya nyawa, itu patut disyukuri tentunya. Kita diberi kesehatan, kita punya orangtua, kita punya anggota badan lengkap, kita bisa bicara, mendengar dan melihat, kita punya uang, kita bisa kuliah, dan masih banyak lagi ‘bisa-bisa’ dan ‘punya-punya’ lainnya.

Tapi apakah kita sadar bahwa kita ‘bisa’ dan kita ‘punya’ ?

Wahai saudaraku, inilah kisahku…Tentang Memiliki….

Aku memiliki orangtua lengkap, bagiku itu biasa. Toh, anak-anak lain juga punya ayah-ibu.

Aku memiliki keluarga bahagia, ini juga biasa. Banyak oranglain yang memiliki keluarga baha
gia.
Aku memiliki anggota tubuh lengkap, aku bisa bicara, aku bisa mendengar dan melihat, aku bisa berjalan atau berlari. Tapi menurutku itu bukan hal yang istimewa.

Aku memiliki teman, aku memiliki sahabat, aku memiliki saudara. Ini juga bukan hal yang istimewa kan?

Aku bisa berpikir, aku bisa sekolah dan kuliah. Aku bisa makan 3 kali sehari. Menurutku ini juga tidak termasuk kemewahan. Walaupun aku sadar bahwa masih banyak orang-orang di luar sana yang tidak mampu sekolah, bahkan tidak mampu makan tiga kali sehari.

Semua yang aku miliki dan aku ‘bisa’ adalah hal memang sepantasnya aku dapat, bukan sesuatu yang istimewa. Hidupku pun berjalan dengan penuh kewajaran.

Hingga suatu hari kenormalan hidupku tercerabut. Sesuatu yang aku miliki mulai diambil dan pergi. Pertama kali aku kehilangan dompet…kedua kali juga dompet. Tapi belum cukup membuatku bersyukur atas apa yang aku miliki. Kurang bersedekah, itu yang terlintas dalam pikiranku. Bahkan ketika HP-ku hilang pun aku tidak terlalu merasa kehilangan. Lagi-lagi mungkin aku kurang bersedekah.

Teman-temanku mulai menjauh. Yah, mungkin kita sama-sama sibuk. Memang beraktivitas di dunia dakwah cukup menyita waktuku, pikirku waktu itu. Pokoknya semua masih bisa ditolerir-lah, semua masih dalam batas wajar.

Hingga…aku kehilangan ayahku. Separuh jiwaku menjadi kosong. Ini pasti bukan karena aku kurang bersedekah kan?

Bahwa semua yang hidup pasti mati, bahwa semua manusia akan kembali kepada Sang Pencipta, sudah kudapat konsep itu. Tapi aku ga menyangka bahwa kematian akan terjadi begitu dekat denganku.

Begitu tiba-tiba, hingga aku belum mempersiapkan diri untuk rasa kehilangan itu. Tapi siapa sih yang tahu kapan datangnya kematian?

…Aku kan baru pulang kampung 4 bulan yang lalu. Aku kan jarang telepon. Aku kan tidak pernah bercakap-cakap dengan beliau. Aku kan sibuk. Aku cuma sempat pulang seminggu selama 3 bulan liburan. Tapi ini kan untuk kepentingan dakwah…

Wahai saudaraku, jangan pernah mengalami hal yang sama seperti-ku. Semua penyesalan dan pembenaran bercampur baur dalam pikiranku.

Setiap liburan pun berarti daurah, kepanitiaan, dan yang pasti berarti tidak pulang.

Lupa aku bahwa orang tua pun berhak atas diriku ini. Lupa aku bahwa diriku ini bukan milikku.
Lalai aku akan kewajiban pada orang tua.

Itulah aku, wahai saudaraku, seperti banyak manusia lainnya, kurang mensyukuri apa yang dimiliki, lalai akan kewajiban pada apa yang kumiliki.

Sempatku berhenti sejenak tuk merenungkan keberadaanku, dengan semua yang aku miliki. Mengucap syukur kepada Sang Maha Pemberi. Ya Allah…semoga aku menjadi orang yang lebih baik, dan lebih menghargai…

Bandung, April 29, 2005
Coz we’re Gotra!!!
posted by cerita dakwah kampus @ Permalink ¤16:21   1 comments
Friday, April 07, 2006
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana,

seperti kata-kata yang tak sempat terucapkan

oleh kayu kepada api yang menjadikannya abu

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana,

Seperti isyarat yang tak sempat dikatakan

Oleh awan kepada hujan yang menjadikannya tiada.

( Aku Ingin, Sapardi Joko Damono)


Cinta yang sederhana, sesederhana cinta Abdurrahman bin Auf saat meninggalkan seluruh hartanya di Mekah demi mengikuti hijrahnya Rasulullah…


Sesederhana cinta Abu Bakr yang tetap diam saat seekor ular menggigit kakinya di Gua Tsur, demi tak ingin membangunkan Rasulullah yang tertidur di pangkuannya…


Sesederhana cinta Bilal bin Rabah yang rela terpanggang di bawah batu besar pada teriknya gurun…


Sesederhana cinta Abu Dzar Al Ghifari yang berjalan kaki ratusan kilo menyusul pasukan Tabuk…


Sesederhana apakah cinta kita pada perjuangan ini saudaraku? Sesederhana apakah cinta kita pada saudara-saudara kita? Sesederhana apakah cinta kita pada ALLAH?

Pertanyaan-pertanyaan , yang hanya diri-diri kita yang mampu tuk menjawabnya.




18 April 2005

diajeng_intan@yahoo.com

posted by cerita dakwah kampus @ Permalink ¤10:16   0 comments
Menapaki Jejak Gundah

Aku membawa beban
Penguasa jaman ini dan nanti
Generasi macam apakah kami?
Merusak masa depan negeri ini
Dengan mematikan gerak kawan-kawan kami
Atau tak peduli entah mau seperti apa calon-calon tiran ini
Atau mungkin aku orang yang membawa panji didepan
namun tak tahu harus berbuat apa

kami terpaksa terkurung sejarah
yang menusuk, memaku pikiran kami untuk tetap diam disini
terlena dengan rasa sakit hilangkan nurani tertinggi kami

lalu aku harus mengadu kesiapa jiwaku?
Ternyata akupun terlalu rapuh
Tuk katakan AKU siap
Membawamu maju panjiku

Sedangkan beban sejarah ini
telah lebih dahulu menjeratku
Untuk tidak lagi menutup mata
Kita harus bergerak dan katakan: “Kita ada, saudaraku…!!”

Sepertinya akan indah,
saat aku masih dapat genggam erat tangan-tangan yang sama
walau kutahu dipunggungnya
masih ada beban yang sama atau mungkin lebih berat

lentera-lentera baru… telahkah engkau siap?
Gantikan redup petromak usang ini
sudah saatnya kah kami menyerah mati?
Sebelum bunga-bunga semangat kami berkembang…

Haruskah ini akhir jalan kami…?

Ardian


posted by cerita dakwah kampus @ Permalink ¤10:16   0 comments
Thursday, April 06, 2006
Saudara jiwa
Pada angin yang berhembus, kutitipkan salam untukmu. Bawakan sebait doa penguat kalbu. Ada kerinduan yang menoreh, kerinduan kepada mu sahabat jiwa. Dimensi ruang telah menempatkan kita pada bidang tak kontinyu, ada jarak yang memisah kita. Tapi syukurlah, hakikat ukhuwah menjadikannya hanya sebagai membatas raga, jiwa kita tetap tertaut dalam sebuah ikatan yang kokoh, sekokoh hujaman gunung ke bumi.

Pada awan yang berarak, ku gantungkan harap tuk berjumpa dengan mu. Agar disuatu masa, hangatnya ukhuwah tak hanya berupa aksara, tetapi menjelma menjadi tegur sapa penghangat jiwa. Bergandeng tangan ringankan beban, lalui bersama kokohkan perjuangan.

Melalui air yang mengalir, ku sampaikan kepadamu kerinduan yang mendalam. Agar pasir dan matahari tau, bahwa aku mencintaimu karena Allah.

Akankan suatu masa kita berjumpa kembali, mengurai rindu menebar cinta, tuk harapkan keridhaan-Nya ?. Semoga........

"Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui bahwa hati-hati ini telah berkumpul untuk mencurahkan mahabbah hanya kepada-Mu, bertemu untuk taat kepada-Mu, bersatu dalam rangka menyeru (di jalan)-Mu, dan berjanji setia untuk membela syariat-Mu, maka kuatkanlah ikatan pertalianya, ya Allah, abadikanlah kasih sayangnya, tunjukanlah jalanya dan penuhilah dengan cahaya-Mu yang tidak pernah redup, lapangkanlah dadanya dengan limpahan iman dan keindahan tawakal kepada-Mu, hidupkanlah dengan ma'rifah-Mu dan matikanlah dalam keadaan syahid dijalan-Mu. Sesungguhnya Engkau sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong".


:: Teruntuk para mujahid/mujahidah DK, dimanapun antum berada, wa bil khusus bwat para veteran eSDePe dan BKM :) ::


yudi19
posted by cerita dakwah kampus @ Permalink ¤14:30   1 comments
Wednesday, April 05, 2006
Cita-cita, hendak kemana diriku kaubawa

Ketika itu, saya masih kelas tiga SMU. Tepatnya di sebuah SMU tidak terkenal yang berada di Jawa Tengah. Kala itu, seperti biasa seorang murid SMU yang berencana meneruskan studinya, belajar-mati-matian untuk bisa diterima di perguruan tinggi pilihan. Akan tetapi saat itu, hati saya masih bimbang, bingung, atau masih tidak jelas arahnya, seperti telur yang akan jatuh dari tanduk kerbau, tidak seorang pun bisa menduga telur itu akan jatuh kearah mana. Di tengah kegalauan hati seorang pujangga itulah, akhirnya saya dengan masih dipenuhi tanda Tanya mencoba ikut ujian di sebuah universitas negeri yang katanya telah ‘diswastakan’, yaitu Ujian Masuk Universitas Gadjah Mada (UM UGM).

Saat itu, saya malas-malasan untuk belajar, tidak mood, tidak bertenaga, tidak bergairah, tidak nafsu makan (itu tanda-tanda kurang darah kali ya…), pokoknya malas semuanya lah (kok susah sih ngomongnya). Saat itu saya belum juga mutusin mau milih jurusan mana, program studi apa, mau ngambil mata kuliah apa, dosennya siapa, (iya lah, kan belum kenal). Seperti bisa ditebak, bahkan anak TK pun pasti bisa menebak juga, saya gagal lulus UM UGM.

Detik demi detik berdetak dengan begitu cepatnya, menit demi menit seakan begitu saja berlalu, bahkan sang hari pun seakan lupa menyapa kita (sok puitis J). Akhirnya dalam suatu pagi yang cerah, kicau burung bernyanyi untuk membuka mata ini agar terjaga dari tidurnya, kakak saya membersihkan rumah (nyapu-nyapu), sebenarnya udah kebiasaan sehari-hari sih. Tiba-tiba kakak menanyakan kepada saya tentang jurusan yang akan saya pilih nanti saat SPMB. Secara tidak terlalu sadar (maklum baru bangun tidur) saya menyampaikan kegalauan hati ini kepada kakak, bahwa saya sampai detik ini belum menemukan jurusan yang cocok, atau lebih tepatnya jurusan yang saya minati.

Setelah itu saya juga bercerita bahwa saat kemarin UM UGM, saya sebenarnya juga ga tentu juga mau masuk ke jurusan apa. Akhirnya jejaka itu (maksudya saya), tiba-tiba, seperti mendapat jurus baru. Sang kakak hanya bilang, sebaiknya tujuan itu, kamu tetapin dulu. Baru setelah ada tujuan, kamu ada jalan untuk meraihnya.

Seperti seorang yang berjalan dalam suatu perjalanan, jika dia tidak mempunyai tujuan, dia akan berjalan terus sepanjang hidupnya dengan tidak jelas hendak kemana, sedangkan suatu saat dia akan dipanggil Allah. Nah begitu pula perjalanan hidup ini, harus punya tujuan yang jelas agar kita bisa meraihnya. Dan begitu pula SPMB, kamu harus punya tujuan dulu, baru bisa semangat saat belajar. Jelas kan dik?. Kurang lebih begitu ucapan kakak saya.

Mulai saat itu, saya lebih giat belajarnya, karena saya sudah mempunyai tujuan untuk SPMB tahun ini, yaitu jurusan terfavorit di Institut Teknologi Bandung. Kata orang jurusan itu sulit ditembus, karena selain passing gradenya yang tinggi, banyak juga orang yang minat di jurusan itu. Tapi, dengan dukungan kakak, dan anggota keluarga saya (bapak, ibu, nenek, kakek, teteh, aa’, adik, dsb), serta dukunngan teman-teman satu SMA, saya tetap berpendirian untuk masuk di jurusan tersebut.

Akhirnya detik yang dinanti-nantikan telah tiba, genderang SPMB sudah ditabuh, soal sudah mulai dikerjakan.

Singkat cerita, saya diterima di jurusan tersebut. Yang lebih keren juga, satu SMU ada dua orang yang lulus di jurusan yang sama. Suatu kebanggaan bagi sebuah SMU tidak ternama.

Hikmah: buatlah suatu tujuan hidup, lukislah cita-citamu, goreskan penamu untuk membentuk kurva cita-cita. Baik dunia dan akhirat. Itulah kekuatan kita, seorang muslim yang beriman. Kekuatan cita-cita itulah yang membuat Rasulullah menjadi mampu menaklukkan kota Mekah, dengan cita-cita itulah yang membuat Islam berada di semua penjuru bumi, dan dengan cita-cita itulah kita bersama kafilah da’wah ini berjuang bersama untuk mewujudkan tegaknya dien Islam hingga tidak ada fitnah di muka bumi ini....Allah Ghayatuna!!


Ditulis oleh seorang “jawa badui”,

(Bukan Arab Badui, dan tidak semua orang Jawa adalah Badui. Seorang yang sedang berjuang dalam barisan da’wah ini, meskipun dengan kontribusi yang masih sangat kecil sekali.)

posted by cerita dakwah kampus @ Permalink ¤08:33   1 comments
Monday, April 03, 2006
andai aku bukan aktivis
Suatu siang yang padat, di tengah suasana kerja, senyapnya kantor saat itu, dan di tengah diskusi seru tentang da'wah kampus ITB, HPku menjerit. Sebuah SMS masuk, mengalihkan perhatian sesaat. Terlebih karena isinya ...

"... Rasanya pengen ngomong buanyak. Sedang bosen dengan da'wah. Sebel sama qiyadah dan "koordinasi" disini. Benar-benar bukan perjalanan da'wah yang rapi. Bener kalo qt rapuh, mudah dihancurkan.
Makin BERKELIT semakin SULIT,
makin MERINTIH semakin PERIH,
makin TAK ACUH semakin KACAU,
makin BERLAGAK semakin TERJEBAK,
makin MERENUNG semakin BINGUNG,
makin DIAM semakin DILUPAKAN.
Dimanakah muara semua tanya?"

Spontan saat itu kawan bicaraku merespon, "ALLAH". Seolah menjawab sebuah pertanyaan.
"He? Maksudnya apa?", spontan juga celetukku. ga ngerti.
"Ya Allah-lah muara semua tanya", jawabnya datar, dalam.

Bukan satu dua SMS bernada sama pernah 'beredar' di kalangan aktifis da'wah. Lelah, kecewa, ga' ngerti, semua campur baur membentuk formula yang pas untuk sebuah pilihan, KELUAR.
'Pamit' dari jalan da'wah.

Sebel ama qiyadah yang nyebelin orang-orang sebel
Kecewa pada 'keputusan' yang mengecewakan orang-orang kecewa
Ga puas dengan kinerja ikhwah yang ga memuaskan orang-orang ga puas

Ckckck..
sampai ke sebuah kesimpulan, aktivis ga bisa DIANDALKAN! Da'wah bikin capek, terkekang, makan ati! Pilihan untuk menjadi "orang-orang biasa", marginal, yang mengamati pusaran gerakan dari tepian perjuangan yang "aman" semakin mengaum-ngaum di benak.

Andai aku bukan aktifis...
Ga perlu ngerasa sebel sama pemimpin yang sering sok tau terhadap kondisi lapangan, mengambil kebijakan irasional. Padahal mereka cuma bintang-bintang yang bergelantungan di langit da'wah kampus tanpa pernah menapak bumi. Tanpa merasakan perihnya tertusuk duri atau kerikil tajam di tanah yang becek.

Andai aku bukan aktifis...
Ga perlu menghadiri rapat poci-poci tak terarah yang ga menghasilkan sedikitpun perbaikan, selain makin bertambahnya robot lapangan yang cuma tau 'kerja', tanpa diberi kesempatan berpikir. Bertambah utang juga tentunya:(

Andai aku bukan aktifis...
Ga perlu kecewa dengan kinerja orang-orang yang mengaku dirinya da'i, tapi sering pesimis, asal-asalan, dan ga profesional.

Yah...andai aku bukan aktifiiiiis!

Aku akan bebas.
Berekspresi.
Berkreasi.
Berda'wah dengan ceria.

Kutatap gemuruh langit, gemuruh hati,
menggumpal-gumpalkan berbagai fakta kekecewaan.
Sesak.

Benar-benar membayangkan,

Andai aku bukan aktifis...
Pasti aku adalah pasifis, yang kerjanya dari hari ke hari cuma mringis terkikis moleknya dunia yang makin lama makin bengis dan tragis

Andai aku bukan aktifis...
Tak kan mungkin aku bisa menangis haru teringat syurga
Karena syurga hanya mampu terdefinisi oleh padatnya PERJUANGAN.

Andai aku bukan aktifis...
Membaca saja aku susah, apalagi menulis!;p

Di atas tingginya bukit kekecewaan ini, aku ingin berteriak lantang kepada kalian semua :
Woiii, Aktivis..!!
Mas'ul A! Mas'ul B! Aktivis A, B, C,...Z!!
Emang siapa kalian bisa ngejauhin aku dari Allah???
Emang siapa kalian bisa bikin aku memilih mundur dari jalan da'wah???

Rugi banget kalo aku meninggalkan jalan menuju syurga karena aku KECEWA PADA KALIAN..!
Wong nantinya kita dikubur sendiri-sendiri, kok.
dihisab sendiri-sendiri,
diputuskan masuk syurga atau neraka sendiri-sendiri.
karena amalan kita sendiri-sendiri!!

Rugi banget kalo aku meninggalkan jama'ah kebaikan karena aku KECEWA PADA KALIAN..!
Wong amalan kalian ga akan sedikitpun berpengaruh kok pada hisabku,
dan amalanku ga akan sedikitpun berpengaruh pada hisab kalian,

Mo kalian baek kek,
nyebelin kek,
futur kek.
ANE HARUS TETEP ISTIQOMAH, ya gak?;p

Kalian ga kan rugi kalo aku mundur,
Da'wah ga kan rugi kalo aku futur,
Bakal ada puluhan, ratusan, mungkin ribuan orang yang siap menggantikanku.

Satu-satunya yang rugi jika aku keluar, adalah : AKU!

Gosip dari mana da'wah bikin TERKEKANG, GA KREATIF, dsb dst dll??
Keliru ambil kamus tentang definisi kreatifitas kali...?
Inget kan prinsip sejatinya,
SEMUA HAL ITU MUBAH, KECUALI YANG ADA NASH YANG MENGHARAMKAN

so, LAKUKAN AJA SELAMA BELOM DILARANG, ;p
Jangan dibalik, DIEM AJA SELAMA BELOM 'DIPERINTAH'.

Keimanan itu hakikat yang aktif dan dinamis,
yang tercermin dalam amal sholeh dan gerakan.
Jadi, mana mungkin seseorang ngaku beriman kalo untuk beramal aja musti nunggu diobrak-obrak 'para jendral'?

Ane berda'wah buat Allah kok,
bukan buat ente, pak mas'ul, bu mas'ulah..!

Buat Allah! Muara semua tanya..
Doain ane istiqomah neh!
(nyum..nyum.., no hurt feeling, ok!:))

ita karolina
posted by cerita dakwah kampus @ Permalink ¤17:17   6 comments
Teruntuk saudaraku, Mujahid PMB

Surat ini adalah surat cinta untuk antum, insya’Allah karena rasa cinta saya pada antum yang sangat dalam karena Allah.

Saudaraku, bacalah surat ini dengan suasana hati antum yang tenang, bacalah dengan menundukkan hati antum, ya...menundukkan hati kita yang selama ini mungkin sudah mengeras, astaghfirullah...semoga Allah ‘Azzawajalla mengampuni kita semua. Saat antum tidak dapat menangis saat membaca isi surat ini, maka menangislah karena antum tidak dapat menangis, mohonlah pada-Nya untuk melembutkan hati kita, sudah sekeras itukah hati kita sehingga sulit untuk menangis?

Saudaraku, sudah sekitar 3 bulan kita berjuang bersama, ingatkah antum saat awal pembentukan kepanitiaan ini, saat itu kita semangat sekali ya? Subhanallah...tercermin begitu jelas keoptimisan pada mata antum semua, betapa kita ingin mengajak adik2 kita nanti ke dalam indahnya Islam. Hari demi hari kita lewati, agenda2 rapat kita pun semakin padat, bahkan kita sendiri pun seperti bukan milik kita lagi, karena jadwal2 keseharian kita sudah dipenuhi dengan agenda2 rapat dan agenda da’wah yang lain. Bahkan kita pun merelakan liburan kita untuk mengurusi PMB ini, betapa antum tergopoh-gopoh menuju Kortim, untuk apa? Yah...biasa...agenda rapat. Mungkin antum tidak sempat ngapa2in, kerena pagi2 jam 06.30 antum harus sudah stand by di Salman untuk rapat. Antum korbankan waktu ba’da subuh antum, antum korbankan waktu sarapan antum, dsb. Ingatkah antum, saat pagi2 ba’da sholat subuh antum harus segera melesat ke kamar mandi untuk kemudian berangkat rapat? Untuk apa antum melakukan semua itu? Belum lagi nanti setelah rapat, bukannya penyelesaian masalah yang antum dapat, justru masalah2 semakin bertumpuk. Untuk apa? Apakah antum dibayar? Apakah popularitas antum sebagai aktivis da’wah meningkat? Apakah antum ingin orang2 memuji sepak terjang antum dalam da’wah ini?

Memang apa kerugian kita kalau kita tidak mendapat popularitas? Memang apa kerugian kita kalau kita tidak dipuji? Memang apa kerugian kita kalau orang2 tidak tau apa yang kita lakukan? Haruskah orang2 mengetahui kalau kita sibuk, betapa terlihatnya kita sebagai aktivis da’wah? Sama sekali kita tak butu itu, biarlah Allah, Rasul, dan orang2 beriman yang menilai pekerjaan kita.

Saudaraku, kita sadar, saat ini cobaan2 sedang mendera kita, masalah dana yang sedikit, koordinasi yang kurang lancar, SDM yang sedikit, dsb. Mungkin kita sering berfikir sendiri, bagaimana caranya agar semua agenda ini berhasil, berfikir...dan terus berfikir....kadang tak ada yang membantu kita, orang tidak tahu akan kepusingan kita...kebingungan kita...

Saudaraku, kadang kita terseok.....tertatih....menangis....tak tahu lagi apa yang musti kita lakukan. Antum tahu, sudah sunatullah bahwa tabi’at jalan da’wah ini adalah penuh onak dan duri. Makin lama bukannya makin ringan, tapi makin berat....

dianing purbani

posted by cerita dakwah kampus @ Permalink ¤10:14   0 comments
a poem

I always thought of myself as a house

I was always what I lived in

I didn’t need to be big

It didn’t even need to be beautiful

It just needed to be mine

I became what I was meant to be

I built myself a life

I built myself a house

Bandung, 4 Mei 2005

Si Jegeg

posted by cerita dakwah kampus @ Permalink ¤03:15   3 comments
Sunday, April 02, 2006
pagi ini...

Pagi ini, saat merenungkan kembali waktu yang telah kita lalui selama satu tahun ke belakang… ada saat-saat lucu, ada kalanya kita bahagia, dan tak ketinggalan, momen yang mengharubirukan kalbu.

Masih ingatkah antum dengan mimpi-mimpi kita di awal kepengurusan? Dan coba tengok diri-diri kita sekarang. Masih bertahankah mimpi-mimpi itu akhi, ukhti? Ataukah hanya rasa kalah dan lelah? “Sesungguhnya impianmu adalah jiwamu dan cetak biru prestasi puncakmu” masih ingatkah?

Impian, yang membangkitkan antusiasme, yang membuat kita bertahan dalam segala tantangan. Bagaimana kita bisa menularkan antusiasme pada adik-adik kita jika bukan itu yang kita rasakan?

Pengalaman kita selama setahun ini tentunya membuat kita sadar akan beberapa kelemahan dari system dan kultur kita. Jika optimisme kita akan kembali melalui system dan kultur internal yang kokoh, maka sekaranglah saatnya bagi kita untuk membantu adik-adik kita, melengkapi kepingan-kepingan puzzle, membuka jalan, membimbing mereka, bagi terwujudnya impian kita…

“Hingga suatu hari nanti, suatu saat di kemudian hari, umat manusia akan berjalan dengan rasa aman, dan bumi ini menjelma menjadi taman kehidupan, semerbak oleh wangi bunga kebajikan, yang tumbuh subur di atas jasa para pahlawan Islam, diiringi kesejukan lagu kedamaian, dan dinaungi oleh awan kehidupan yang diridloi 4JJI SWT.”

Hikayat Jepang mengatakan “saat kau mengetahui arti kebahagiaan, di saat yang sama kau akan menyadari arti kesedihan.” Bahagia, melihat adik-adik kita, penerus tongkat estafet dakwah yang antusias mendengarkan penjelasan-penjelasan kita, sekaligus sedih, karena tak lama lagi kita akan meninggalkan semua ini.

Masih ada waktu formal 2 minggu (artikel ini ditulisan 2 minggu sebelum Gamais 2004-2005 ganti kepengurusan) bagi kita tuk memperbaiki semuanya, tapi tersedia waktu panjang di sisa usia kita, untuk menengok kembali, karena kemanapun kita pergi, Gamais akan selalu di sini, begitupun adik-adik kita.

3 Mei 2005 (diajeng_intan@yahoo.com)

posted by cerita dakwah kampus @ Permalink ¤15:10   0 comments
Saturday, April 01, 2006
dakwah kampus
Dakwah kampus merupakan salah satu oase pengabdian seorang mahasiswa terhadap sang khalik, terlepas dari keterikatannya dalam kepengurusan suatu lembaga atau tidak, karena dakwah adalah pilihan bagi siapapun yang ingin menapaki cintaNya. Dakwah merupakan perjalanan tarbiyah seorang hamba Allah yang terus menebarkan kebaikan dimana pun ia berada. Hanya saja langkah –langkah dan strategi dalam berdakwah semakin terkukuhkan dalam lembaga-lembaga dakwah kampus yang notabene adalah zona kondusif yang sarat ilmu dan budaya ilmiah.

Dakwah kampus merupakan batu loncatan menuju dakwah profesi. Lalu sudah seberapa jauhkah kesiapan baik diri maupun kondisi dakwah kampus untuk dapat ditinggalkan menuju dakwah profesi. seberapa siap diri kita dalam menghadapi arus diluar sana yang alirannya bukanlah sederas arus sungai lagi namun gelombang lautan yang akan kita hadapi, sudah seberapa dalam proses tarbiyah melekat dalam pribadi ?

Kelesuan dakwah kampus menjadi indikator begitu lemahnya tarbiyah yang tertanam dalam diri. Rasanya tak mungkin meninggalkan kondisi kampus yang kering kerontang,yang dahaga akan penyiraman semangat rukhiyah.Mungkin para aktivis terlenakan dengan target akademik, target pemenuhan materi, target lain yang terselubung dalam keegoisan.

posted by cerita dakwah kampus @ Permalink ¤16:00   0 comments

about me
dakwah bukan hanya amanah dan kesempatan, melainkan juga sebuah anugerah. dan karenanya pula manusia berhak untuk menikmati indahnya...
Udah Lewat
Archives
Rosail

"Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh yang maâ??ruf dan mencegah yang munkar dan beriman kepada Allah ..."
(QS. Ali Imran [3] : 110)

"Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik ..."
(QS. An Nahl [16] : 125)

Links
Beranda

Berbagilah, karena cerita ini akan menjadi hikmah bagi saudara kita. jangan kau simpan itu, dan tidak membuat saudaramu merasakan nikmatnya kisahmu...

cerita.dk@gmail.com
subyek: cerita...


Blog ini makin hidup, jika kita menjalin pertisipasi bersama. Seperti halnya sebuah rumah teduh, dengan kicauan burung di berandanya

Komentar

Kontributor
Ingin Menjadi kontributor? Silahkan kirim mail kesanggupan dengan nama jelas.
Kesan

Free shoutbox @ ShoutMix

Now, online visitor(s)
Pengunjung


Cerita Dakwah Kampus

Feed on
Post-rss
Post-default
Comments-default
Designed-By

Visit Me Klik It
Credite
15n41n1