Monday, January 22, 2007
Menanyakan Surga di Sebuah Kota
Suhu udara berkisar 32 derajat
Namun lembab pengap hujan menyerbu kota
Park Royal tawarkan tipe apartemen terbarunya
Yang papa lincah berjingkat dari satu bis ke bis yang lain
Kaca-kaca film mobil dengan kehitaman tingkat tinggi
menyamarkan aib dan dosa para metropolis

Siang yang masih berlangsung
Mengukuhkan ketinggian manusia-manusia
Ketinggian dilekatkan pada jiwa-jiwa yang tiada bertelekung malu
diletakkan pada dasi, lembur, dan promosi jabatan
muaranya pada perhelatan-perhelatan megah seputar Mulia dan JHCC
Demikian algoritma berbunyi

Senja diusung masih terlihat jingganya di pintu tol Kebon Jeruk
Tak ada angin yang menyambut
Deru ambisi belum juga reda
Pada desak kendara-riuh rendah orang sekeliling
Sudirman terus berjaga ditingkahi naik turun nilai rupiah
Hingga weekend dihela dalam denting gelas bersulang

Coba tanyakan pada surga pada mereka
yang terasa naif di tengah pengasingan ini
Coba tanyakanlah
Adakah perenungan-perenungan terkemas dalam ruang kecil kepadatan kota
Sampai-sampai tak nyaring bunyinya


(Kaedekaoru)

posted by cerita dakwah kampus @ Permalink ¤13:27   0 comments
Monday, January 15, 2007
cinta teman
Sebagian merasa hidup ini tidak akan pernah mencapai maknanya tanpa kehadiran seorangpun teman. Teman adalah orang-orang yang dicintainya dan yang mencintainya pula.

Orang-orang yang dengan keluasan hati menerima dirinya apa adanya, tanpa bumbu dan banyak cela.

Menyayangi teman, sama sekali bukan berarti menafikan kecintaan kepada yang lain
Kecintaan kepada keluarga, kepada diri sendiri, sebab tiap-tiap jendela cinta memiliki ruangan tersendiri di hati yang tidak akan mampu disamakan dengan cinta-cinta lain

Yang kesemuanya tidak saling berhimpit tidak pula bersinggungan. Namun tiap-tiap kecintaan mengisi bilik-bilik hati yang berbeda-beda. Kesemua cinta hendaknya merupakan suatu refleksi cinta kepada Allah SWT. Suatu pendaran keemasan dari keimanan, desiran sejuk angin kerinduan, dan deburan tegar ombak keistiqomahan.

Teman, bagiku kata itu adalah ungkapan kerinduan dan sejuta harapan. Harapan untuk dapat saling menegur dan meneguhkan. Membuang jauh-jauh kata perbedaan dan mencoba untuk mengawali segalanya dari kesamaan. Pada kata itu kutemukan hakikat hidup dan kehidupan, karena bersamanya aku menahan derita dan sengsara, gundah dan gulana, namun begitu manis terasa segala kerutan layar perjuangan karena Allah lah yang telah membuatnya.

Teman, bertemankan jiwa-jiwa yang ber-izzah mulia dan ghiroh menggelora, dengan segidang ide dan idealisme yang Robbani. Meniti jembatan yang sama, dengan tekad yang serupa dan seragam kebesaran jiwa. Bukan untuk sekedar menghabiskan sisa minuman kehidupan dunia, tapi hidup untuk sebuah cita yang takkan pernah kandas sia-sia. Pantas saja jika Rosululloh mewasiatkan agar kita menjadikan mereka yang sholeh sebagai teman kepercayaan.

Ah teman, harus kita terima bahwa berteman bukan berarti untuk selalu bersama secara harfiah

Suatu saat pasti kita akan terpisah pula. Menempati lini-lini berbeda di setiap sudut kehidupan, agar setiap insane dapat tersentuh cahayaNya

Teringat serangkaian syair milik Munsyid Saujana ini kusuntingkan untukmu :
Sedingin embunan dedaun kehijauan,
sesegar ingatan kenangan kisah silam
Kita seiring bersatu dan berjuang,

meniti titian persahabatan
Kau hadir bawa cahaya,

terangi hatiku teman
Saling memerlukan dan mengharapkan
Tangis gembira saat bahagia,

moga kan kekal menuju Syurga
Kerana Tuhan kita ditemukan,

andai terpisah, itu ketentuan
Sengketa dan kesilapan itulah fitrahnya insan
Kata dan teguran itulah pedoman


saudara,
mencari cinta dan surga
posted by cerita dakwah kampus @ Permalink ¤13:35   0 comments
Wednesday, January 10, 2007
umat ini sedang sakit
Senja merah.
Di sebuah menara gading yang tinggi menjulang ke kaki langit,
Berdinding kaca. Futuristik. Aroma kesibukan tercium dari kejauhan. Perangkat-perangkat digital yang mengagumkan, memang dirancang untuk problem solving yang luar biasa.
"Aarrggh..!!"
sesosok tubuh menapak terhuyung - huyung. Biru. Nanar. Sakit.
"Tolong aku..", nafasnya tersengal. Sepatah-patah terhembus. Sesak.
Sekumpulan manusia berbaju putih menyambutnya dengan senyum lembut.
"Kemarilah..", ucap seorang manusia putih. Menghamparkan tangannya selebar bumi.
Ada taman harap di sorot matanya.
"Tolong aku.." tubuh itu terhempas mendekat. Mengatur denyut periode demi periode.
"Aku sakiiit..", adunya pilu.
"Namaku.. aarggh.., Umat. Kalian pasti mengenalku", Umat mendekap dadanya yang makin perih.
"Baginda kalian sangat mencintaiku, hingga sakaratul maut pun ia menyebut namaku dalam risaunya. Aku datang, untuk menagih pada kalian cinta yang sama seperti milik Baginda. Aku datang untuk sembuh.."
" Anda datang ke tempat yang tepat, Umat.
Kami akan menangani Anda. Perkenalkan, ini adalah laboratorium da'wah", salah satu manusia putih mantap berucap. Bangga ia perlihatkan ruangan biru yang remang oleh cahaya sinar-Z.
Umat dibaringkan di sebuah kasur putih. Merelakan dirinya dikelilingi manusia-manusia cerdas yang akan mendiagnosanya.
Ia menanti pasrah. Mempertahankan harap kesembuhan.
"Hmm..", manusia pertama angkat bicara.
"Aku rasa ia butuh puyer bintang-bintang, kawan. Dari hasil pengamatanku, lambungnya akan lebih mudah menerima puyer bintang-bintang dibanding pil Kita, pil Kami, atau pil Kada"
"Tidak, manusia pertama!", sergah manusia putih yang lain
"Yang lebih penting untuk kita pikirkan adalah berapa kali sehari ia harus mengkonsumsi obat. Tak peduli jenis obatnya, baik puyer ataupun pil, jika frekuensinya cukup sering, niscaya ia akan sembuh"
Umat membisu, mengamati jalannya diskusi seru.
Ia memang buta pengobatan dan prosedur kedokteran.
Tapi ada hal yang aneh, mengapa tak satu pun dari mereka yang mengeluarkan stetoskop atau sphygmomanometer untuk mengecek denyut jantung dan tekanan darahnya? Entahlah..
"Begini, para manusia yang terhormat", manusia tiga akhirnya turut sumbang suara.
"Saya mencoba memberikan alternatif pemikiran, semakin luas permukaan sebuah obat, maka semakin banyak kuman yang terlibas permukaan obat dan akan mati, sehingga semakin cepat Umat sembuh."
"Otak kreatif saya terfikir tentang sebuah jenis obat kreatif yang mampu menyembuhkan penyakit sekreatif apapun. Yaitu..."
"Obat bola pingpong!!", manusia tiga tersenyum bangga.
"Pertama, kita ukur diameter rongga mulut, kerongkongan hingga usus halus Umat, kita ambil nilai rata-ratanya. Lalu, kita cetak obat sebesar diameter tersebut, dan kita gulirkan dari rongga mulut hingga mencapai muara terakhir pencernaaan. Maka semua kuman PASTI MATI!", pemaparan deskriptif, ilmiah, yakin dan bersemangat yang disampaikan manusia tiga disambut applaus spontan rekan-rekannya.
"Ide brillian!"
"Cerdas!"
"Tadi sebenarnya saya juga sudah kepikiran sih.."
Berbagai komentar dukungan dari manusia putih lain membahana. Semua terkagum kagum, kecuali...
Umat!
Ia terngaga, jengah sekaligus keheranan.
"Woiii.. Apa-apaan sih kalian?
Apa yang kalian ributkan? Menyentuhku pun kalian belum!
Menanyakan apa penyakitku pun kalian beluuuum!", Umat membentak penuh gejolak.
Hipokrit. Absurd.
"Memangnya kalian sudah tahu AKU SAKIT APA??
Kalian akan membuat KOMPOSISI OBAT SEPERTI APA??
Ku tak peduli.
Puyer bintang-bintang, bulan-bulan, atau matahari sekalipun.
Pil kek, sirop kek, tablet kek, kapsul kek.
Sekali, dua kali, bahkan 1000 kali pun sehari jika perlu, KUJALANI.
Besar, kecil.
Ku tak peduli!!
Yang penting : AKU SEMBUH", Umat tersengal dalam luapan penyadaran.
Lelah.
Manusia-manusia berbaju putih terdiam. Saling memandang dalam hening.
Menerawang kebiruan ruangan.
Berpikir, apa yang terlewat oleh kita?
--
Hehe..Ngerti ga maksudnya??:)
Mudah-mudahan ga terlalu melangit tinggi.
Just to open up our mind.
Agar kita mampu berpikir esensi, bukan sekedar meributkan hal-hal praktis yang bukan menjadi inti permasalahan, tapi melelahkan.
posted by cerita dakwah kampus @ Permalink ¤13:32   0 comments

about me
dakwah bukan hanya amanah dan kesempatan, melainkan juga sebuah anugerah. dan karenanya pula manusia berhak untuk menikmati indahnya...
Udah Lewat
Archives
Rosail

"Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh yang maâ??ruf dan mencegah yang munkar dan beriman kepada Allah ..."
(QS. Ali Imran [3] : 110)

"Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik ..."
(QS. An Nahl [16] : 125)

Links
Beranda

Berbagilah, karena cerita ini akan menjadi hikmah bagi saudara kita. jangan kau simpan itu, dan tidak membuat saudaramu merasakan nikmatnya kisahmu...

cerita.dk@gmail.com
subyek: cerita...


Blog ini makin hidup, jika kita menjalin pertisipasi bersama. Seperti halnya sebuah rumah teduh, dengan kicauan burung di berandanya

Komentar

Kontributor
Ingin Menjadi kontributor? Silahkan kirim mail kesanggupan dengan nama jelas.
Kesan

Free shoutbox @ ShoutMix

Now, online visitor(s)
Pengunjung


Cerita Dakwah Kampus

Feed on
Post-rss
Post-default
Comments-default
Designed-By

Visit Me Klik It
Credite
15n41n1